Bertata Krama dan Menjauhi Sikap Tercela
Standar Kompetensi
1. Membiasakan perilaku terpuji
2. Menghindari perilaku tercela
Kompetensi dasar
1. Menjelaskan, pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu
2. Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari
3. Mempraktekan adab dalam berpakaian, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari
4. Menjelaskan pengertian hasad, ria, aniaya, dan diskriminasi
5. Menyebutkan contoh perilaku hasad, ria, aniaya, dan diskriminasi
6. Menghindari hasad, ria, aniaya, dan diskriminasi dalm kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran siswa mampu
1. Menjelaskan, pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu
2. Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari
3. Mempraktekan adab dalam berpakaian, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari
4. Menjelaskan pengertian hasad, ria, aniaya, dan diskriminasi
5. Menyebutkan contoh perilaku hasad, ria, aniaya, dan diskriminasi
6. Menghindari hasad, ria, aniaya, dan diskriminasi dalm kehidupan sehari-hari
A. Bertata Krama
Islam sangat memerhatikan aturan-aturan dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu dimaksudkan agar kehidupan manusia dapat berjlan dengan baik, harmonis, dan terjaga nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal bertata karma, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, misalnya berpakaian, berhias dalam perjalanan, bertamu, dan menerima tamu.
1. Tata Krama Berpakaian
Dalam berpakaian, ada beberapa masalah yang perlu kita ketahui, seperti fungsi pakaian dan adab berpakaian.
a. Fungsi Pakaian
Ada tiga macam fungsi pakaian, yaitu sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, dan untuk keindahan. Tunutnan Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam telah menetapkan bahwa aurat laki-laki adalah antara pusar dan kedua lutut. Adapun bagi perempuan adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan.
Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak member batasan karena hal itu berkaitan dengan budaya setempat. Oleh karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model apapun selama memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat.
Pakaian merupakan penutup tubuh untuk memberikan proteksi dari bahaya asusila, memberikan perlindungan dari sengatan matahari dan terpaan hujan, sebagai identitas seseorang, sebagai harga diri, serta untuk menjaga rasa malu seseorang. Dahulu, pakaian yang sopan adalah pakaian yang menutup aurat dan juga longgar sehingga tidak memberikan gambaran atau bentuk tubuh seseorang, terutama untuk kaum wanita. Sekarang, orang-orang menyebut pakaian seperti itu kuno dan tidak mengikuti mode atau tidak modis sehingga timbullah pakaian you can see atau sejenis tanktop. Uniknya, makin sedikit bahan yang digunakan dan makin ketat pakaian tersebut maa makin mahal harganya. Orang yang tidak mampu menjaga aurat, berarti ia memiliki kesamaan dengan orang gila. Maukah anda dikatakan gila?
Anehnya, sekarang banyak kaum wanita, termasuk para muslimah yang berlomba-lomba untuk memakai pakaian yang katanya modis tersebut. Pakaian tersebut sebenarnya tidak pantas dikenakan di depan umum. Pelecehan seksual juga banyak diakibatkan dari pemakaian pakaian yang mengumbar aurat tersebut. Bukankah Allah swt. telah memerintahkan kita berpakaian yang menutup aurat, sebagaimana tersebut dalam Surah al-A’rāf ayat 26 da Surah al-Aḥzāb ayat 59 sebagai berikut.
Artinya:
Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. (Q.S. al-A’rāf/7:26)
Artinya:
Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmudan istri-istri orang mukmin, ”Hendaklah mereka menutupi jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pegampun, Maha Penyayang. (Q.S. al-Aḥzāb/33:59)
b. Adab Berpakaian
Islam melarang umatnyaberpakaian terlalu tipis atau ketat (sempit) sehingga menonjolkan bentuk tubuh pemakainya. Kedua cara berpakaian tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian dan menimbulkan kemaksiatan. Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.
“Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu 1) kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa yang kejam), 2) perempuan-perempuan yang berpakaian , tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak bisa masuk surga dan tidak akan mencium bau surga, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian.” (H.R. Muslim)
Maksud kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi adalah perempuan-perempuan yang suka menggunakan rambut sambungan. Mereka ingin rambutnya tampak banyak dan panjang sebagaimana wanita lainnya. Selanjutnya, yang dimaksud rambutnya seperti punuk unta adalah sebutan bagi wanita yang suka menyanggul rambutnya.
Adapun mereka dikatakan berpakaian, tetapi telanjang adalah mereka yang menempelkan pakaian pada tubuhnya, tetapi tidak berfungsi sebagai penutup aurat. Pada zaman modern sekarang ini, banyak manusia (wanita) mengenakan pakaian yang amat tipis sehingga warna kulitnya tampak jelas dari luar. Sementara itu banyak pula wanita yang memakai pakaian relatif tebal, tetapi karena sangat ketat sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas, lantas bagaimana pakaian wanita di luar rumah menurut Islam?
Ciri-ciri pakaian wanita Islam di luar rumah antara lain:
1) harus menutup aurat, sebagaimana yang dikehendaki syariat;
2) tidak terlalu tipis sehingga kelihatan baying-bayang tubuh dari luar;
3) tidak ketat atau sempit sehingga tudak menonjolkan bentuk tubuh;
4) tidak berwarna menyala yang menarik perhatian orang tetapi berwarna suram atau gelap seperti hitam atau kelabu asap;
5) tidak dipakai dengan bau-bauan yang harum;
6) tidak ber-tasyabbuh (menyerupai) dengan pakaian laki-laki;
7) tidak menyerupai pakaian perempuan kafir dan musyrik;
8) bukan untuk bermegah-megahan atau show only.
Aurat perempua yang merdeka dalam salat adalah seluruh badan, kecuali muka dan telapak tangan hingga pergelangan oleh karena itu jika tampak rambut yang keluar atau telapa kaki ketika rukuk dan sujud, batallah salatnya.
Aurat perempuan merdeka di luar salat di hadapan laki-laki ajnabi atau (bukan mahram) adalah seluruh badan. Untuk itu, wanita wajib menutup atau melindungi seluruh badan dari pandangan laki-laki yang ajnabi untuk menghindari fitnah. Demikian menurut Mazhab Syafi’i.
Di hadapan perempuan yang kafir, aurat perempuan muslimah adalah seluruh badan, kecuali kepala, muka, leher, dua telapak tangan sampai kedua siku, dan kedua telapak kakinya. Demikian juga aurat ketika dihadapa perempuan yang tidak jelas pribadi atau rusak akhlaknya.
Salah satu permasalahan yang sering dialami oleh kebanyakan manusia dalam kesehariannya adalah melepas dan memakai pakaian, baik untuk tujuan pencucian pakaian, tidur, maupun yang selainnya. Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan melepas dan memakai pakaian adalah
1) mengucapkan basmalah;
2) memulai dengan yang sebelah kanan ketika akan memakai pakaian;
3) melepaskan pakaian dengan bagian kiri terleboh dahulu;
c. Laki-laki Dilarang Memakai Cincin Emas dan Pakaian Sutra
Laki-laki dilarang unutk mengenakan cincin emas dan pakaian dari sutra. Ali bin Abi Thalib r.a. pernah berkata sebagai berikut
“Rasulullah saw. pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutra serta pakaian yang dicelup dengan ‘asfar.” (H.R. at-Tabrani)
Yang dimaksud dengan ‘asfar adalah semacam wenter berwarna kuning yang kebanyakan dipakai oleh wanita kafir pada zaman itu. Ibnu Umar meriwayatkan sebagai berikut.
“Rasulullah saw pernah melihat aku memakai dua pakaian yang dicelup dengan ’asfar. Kemudian, beliau bersabda, ‘Ini adalah pakaian orang-orang kafir, maka jangan engkau pakai.’ “
Larangan bagi laki-laki memakai cincin emas dan pakaian dari sutra adalah suatu pendidikan moral yang tinggi. Allah swt. telah menciptakan laki-laki yang memiliki naluri dan susunan tubuh yang berbeda dengan perempuan. Laik-laki memiliki naluri untuk melindungi kaum perempuan yang relatif lemah kondisis fisiknya. Olah karena itu, sangat tidak layak apabila laki-laki meniru tingkah laku yang suka berhias dan berpakaian indah serta suka dimanja. Di sisi lainnya larangan ini sekaligus sebagai upaya pencegahan terhadap sikap hidup bermewah-mewah, sementara masih banyak rakyat yang hidup dibawah kemiskinan.
2. Tata Krama Berhias
Pada hakekatnya, Islam mencintai keindahan selama masih berada dalam batasan yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias, antara lain sebagai berikut.
a. Laki-laki dilarang memakai cincin emas
b. Kita tidak boleh bertato dan mengikir gigi, sebagaimana sabda Rasulullah saw., berikut ini.
“Rasulullah saw. melaknat perempuan yang menato dan yang minta ditato, yang mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya.” (H.R. at-Tabrani)
c. Kita tidak boleh menyambung rambut, sebagaimana hadist berikut ini.
“Seorang perempuan bertanya kepada Nabi saw. ,“ Ya Rasulullah, sesungguhnya anak saya tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya dan saya ingi menikahkannya. Apakah boleh saya menyambung rambutnya?” Rasulullah SAW menjawab, ‘Allah melaknat perempuan yang menyambung rambut dan yang minta disambung rambutnya.’” (H.R. al-Bukhari)
d. Kita tidak boleh berlebih-lebihan karena dapat mengakibatkan munculnya sifat sombong. Selain itu, berlebih-lebihan termasuk tindakan boros. Padahal, perilaku boros sangat dibenci Allah swt., sebagaimana firman-Nya berikut ini.
Artinya:
Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (Q.S. al-Isrā/17:26-27)
3. Tata Krama Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang sangat sianjurkan dalam Islam. Namun, ada beberapa tata karma yang harus diperhatikan ketika bertamu. Tata karma dalam bertamu harus tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata karma ini dilanggar maka tujuan bertamu itu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaraan. Islam telah memberi bimbinga dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat. Yang dimaksud tiga waktu aurat adalah sehabis Zuhur, sesudah Isya’, dan sebelum Subuh. Allah swt. berfirman sebagai berikut.
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki dan orang-orang yang belum baligh (dewasa) diantara kamu, meminta izin kepada kaum pada tiga kali (kesempatan) yaitu, sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu ditrengah hari, dan setelah salat Isya’. (itulah) tiga aurat (waktu) bagi kamu. Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi mereka selain dari (tiga waktu) itu; mereka keluar masuk melayani kamu, sebagian kamu atas sebagian yang lain. Demikian Allah menjelaskan ayat-ayat itu kepadamu. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksan. (Q.S.an-Nur/24:58)
Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat, karena waktu-waktu itu biasanya digunakan untuk istirahat. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang tidak lengkap sehingga sebagian auratnya terbuka. Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang hendak istirahat karena harus berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan tamunya.
Ada beberapa adab yang harus kita perhatikan ketika akan bertamu.
a. Berpakaian rapi dan pantas untuk menghormati tuan rumah. Allah swt. berfirman sebagai berikut.
Artinya:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri … (Q.S. al-Isrā’/17:7)
b. Meminta izin tuan rumah dengan memberi salam ketika datang, sebagaimana firman Allah swt. berikut ini.
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelummeminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (Q.S. an-Nur/24:27)
Diriwayatkan pula dalam sebuah hadis sebagai berikut.
“Bahwasannya seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi saw., sedangkan beliau ada di dalam rumah. Orang itu berkata, “Bolehkah aku masuk?” Nabi saw. bersabda kepada pembantunya, “Temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan kepadanya agar ia mengucapkan, “Assalamu’alaikum, bolehkah aku masuk?” Laki-laki itu mendengar apa yang diajarkan Nabi, lalu ia berkata, “Assalamu’alakum, bolehkah aku masuk?” Nabi saw. memberi izin kepadanya maka masuklah ia.” (H.R. Abu Dawud)
c. Tidak boleh mengintip ke dalam rumah, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis sebagai berikut.
“Dai Sahl bin Sa’ad ia berkata, “ada seorang laki-laki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah Rasulullah saw. Dan pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Lalu, Rasulullah saw. Bersabda, “Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata.” (H.R. al-Bukhari)
d. Minta izin masuk maksimal tiga kali dan kembali jika tidak ada jawaban.
e. Memperkenalkan diri sebelum masuk, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis sebagai berikut.
“Dari Jabir r.a. ia berkata, “Aku pernah datang kepada Rasulullah saw., lalu aku mengetuk pintu rumah beliau. Nabi saw. bertanya, ‘Siapakah itu?’ Akku menjawab,’Saya.’ Beliau bersabda, ‘Saya, saya…!’ seakan-akan beliau marah.” (H.R. al-Bukhari)
f. Tamu laki-laki dilarang masuk ke dalam rumah apabila tuan rumahnya hanya seorang wanita. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya tamu ditemui di luar rumah.
g. Masuk dan duduk dengan sopan jika sudah dipersilakan serta pandangan mata tidak ke mana-mana.
h. Menikmati jamuan tuan rumah dengan senang hati dan tidak menunggu tuan rumah mempersilakan berkali-kali.
i. Segeralah pulang setelah selesai urusan agar tidak mengganggu tuan rumah jika masih ada acara lain.
j. Lama waktu bertamu maksimal tiga hari tiga malam, kecuali jika tuan ruma menghendaki lebih.
4. Tata Krama Menerima Tamu
Sebagai agama yang sempurna, Islam memberi tuntunan bagi umatnya dalam menerima tamu. Demikian pentingnya masalah ini sehingga Rasulullah saw. menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman, sebagaimana sabda beliau berikut ini.
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (H.R. al-Bukhari)
Cara menerima tamu yang baik, antara lain sebagai berikut.
a. Berpakaian yang pantas untuk menghormati tamu yang datang.
b. Meneriam tamu dengan sikap yang baik dan wajah ceria.
c. Menjamu tamu sesuai kemamppuan dan tidak perlu mengada-adakan sehingga memberatkan.
d. Lama waktu menjamu tamu adalah tiga hari, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut ini.
“Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya merupakan sedekah baginya.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
e. Mengantarkan tamu sampai ke pintu halaman ketika tamu pulang.
5. Tata Krama dalam Perjalanan
Menurut Rasulullah saw., perjalan merupakan penggalan dari azab. Hal itu disahkan oleh beliau dalam sebuah hadis yang diriwayatkan al-Bukhari dan Abu Hurairah berikut ini.
“Perjalanan itu bagian dari azab yang menghalangi salah seorang dari kalian dari maka, minum, dan tidur. Jika telah menunaikan hajatnya, segeralah ia kembali kepada keluarganya.” (H.R. al-Bukhari:1804)
Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa melakukan perjalanan adalah hal yang berat. Agar perjalanan dapat berjalan lancar dan selamata sampai tujuan, Islam memberikan tuntunan adab dari tata karma yang harus dikerjakan sebelum, selama, dan sesudah melakukan perjalanan.
a. Adab sebelum Memulai Perjalanan
Adab yang dilakukan sebelum memulai perjalanan adalah sebagai berikut.
1) Melakukan Persiapan
Agar perjalan berlangsung dengan baik, orang yang akan bepergian sebaiknya melakukan persiapan. Persiapan yang dapat dilakukan meliputi beberapa hal berikut.
a) Mengerjakan salat istikharah jika merasa ragu-ragu untuk bepergian atau tidak;
b) Bertobat kepada Allah swt. atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan;
c) Menyelesaikan segala urusan yang menjadi tanggungan, seperti menyampaikan amanat, membayar utang, dan mengembalikan pinjaman atau memberikan;
d) Menulis wasiat kepada seseorang jika memiliki tanggungan yang harus diselesaikan;
e) Menitipkan keluarga kepada orang yang dipercaya;
f) Meninggalkan bekal yang cukup untuk keluarga;
g) Meminta seseorang untuk menjadi teman dalam perjalanan karena perjalana sendirian tidak disukai Rasulullah saw.
Rasulullah saw. mengungkapkan hal tersebut dalam hadis berikut.
“Seandainya manusia tahu apa yang terjadi dalam kesendirian seperti apa yang aku ketahui, niscaya tidak akan pernah seseorang berkendaraan pada malam hari dalam keadaan sendiri.” (H.R. al-Bukhari:2998)
2) Bermusyawarah
Sebelum berangkat, musafir sebaiknya melakukan musyawarah dengan keluarganya dan atau orang-orang yang hendak pergi bersamanya. Hal-hal yang dibahas dalam musyawarah di antaranya:
a) barang-barang yang harus dibawa;
b) kendaraan yang akan ditumpangi;
c) Rute perjalanan yang akan dilalui;
d) Penentuan orang yang mejadi imam atau pemimpin dalam perjalanan.
Mengangkat seorang pemimpin dalam perjalanan disunahkan menurut hadis berikut ini.
“Jika tiga orang keluar untuk bepergian, hendaklah menjadikan salah seorang sebagai pemimpin.” (H.R. Abu Dawud:2608)
3) Berpamitan
Sebelum berangkat, seorang musafir sebaiknya berpamitan kepada keluarga yang ditinggalkannya, seperti orang tua istri, anak-anak, saudara-saudara, dan tetangganya. Orang yang ditinggal kan disunahkan membaca doa sebagai berikut.
Artinya:
Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu, dan akhir amalmu.
Kemudian orang yang bepergian menjawab sebagai berikut.
Artinya:
Aku titipkan kepada Allah yang tidak menyia-nyiakan titipan-Nya.
b. Adab selama Perjalanan
Adab yang dikerjakan selama perjalan adalah sebagai berikut.
1) Membaca doa keluar rumah
Pada saat keluar rumah, doa yang dibaca adalah sebagai berikut.
Artinya:
Dengan nama Allah,aku berserah diri kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
2) Membaca doa safar pada waktu menaiki kendaraan
Artinya:
Mahasuci Allah yang telah menundukkan ini kepada kami yang sebelumnya kami tidak bisa menguasainya dan sesungguhnya kepada Allahlah kami dikembalikan.
Ya Allah! Dalam perjalanan ini kami memohon kepada-Mu kebaikan dan takwa dan amal yang Engkau ridai. Ya Allah! Mudahkanlah perjalanan ini bagi kami dan dekatkanlah jarak yang jauh. Ya Allah! Engkau teman dalam perjalanan dan yang menjad pengganti dalam keluarga.
3) Membaca takbir ketika jalan menaik dan tasbih ketika jalan menurun
4) Saat memasuki suatu kampong membaca doa sebagai berikut.
5) Saling menolong, saling mengasihi, saling berbagi kebutuhan dan pekerjaan dengan sesama teman perjalanan
6) Jika urusan sudah selesai, musafir hendaknya segera pulang.
c. Adab sesudah Perjalanan
Adab yang dikerjakan sesudah perjalanan adalah sebagai berikut.
1) Saat hendak pulang, membaca doa sebagai berikut.
Artinya;
Kami kembali, kami bertobat dan kami beribadah, dan hanya kepada Rabb kami, kami memuji.
2) Melafalkan ucapan syukur sebagai berikut.
Artinya:
Tidak ada tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi Allah kekuasaan dan pujian, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.
3) Mengerjakaan salat dua rakaat setelah menempuh perjalanan jauh. Melaksanakan salat akan memberikan ketenangan jiwa.
4) Membawakan hadiah bagi orang-orang yang ditinggalkan.
5) Bagi orang yang ditinggalkan, sebaiknya menyambut kedatangan orang yang bepergian dengan penuh kegembiraan.
B. Menjauhi Sikap Tercela
Islam menjaga umatnya agar tidak terjatuh dalam kehinaan dengan menjauhi sifat-sifat tercela, seperti hasad, ria, aniaya, dan diskriminasi.
1. Hasad
Kata hasad dalam bahasa Arab berarti orang yang memiliki sifat dengki. Dengki adalah satu sikap mental seseorang yang tidak senang jika orang lain mendapat kenikmatan hidup dan berusaha untuk melenyapkannya. Sifat ini harus diindari oleh setiap orang dalam kehidupan sehari – hari. Sifat dengki sangat berbahaya dalam kehidupan, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut ini.
Telah masuk ke tubuhmu penyakit-penyakit umat terdahulu, (yaitu) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan mencukur rambut . (H.R. Ahmad dan at-Tirmizi)
Dari Hadis diatas dapat kita pahami bahwa hancurnya agama sejak dahulu adalah disebakan oleh sifat benci dan dengki diantara pemeluknya. Betapa keinya sifat benci dan dengki apabila berkembang di tengah-tengah masyarakat, apalagi di sekolah. Sifat tersebut dapat menghancurkan nama baik sekolah dan sudah dapat dipastikan sekolah tersebut akan menjadi sumber malapetaka bagi masyarakat disekitarnya.
Seseorang yang dihasadi tidak akan pernah berkurang rezekinya karena ada orang yang hasad kepadanya. Orang yang hasad tidak akan pernah mampu mengambil sesuatu yang dimiliki oleh orang yang dihasadinya. Keinginan untuk menghilangkan apa yang diberikan Allah swt. terhadap seseorang merupakan perbuatan yang sangat zalim.
Orang yang hasad sebaiknya melihat keadaan orang yang dihasadinya. Jka orang yang dihasadinya itu memperoleh kenikamatan duniawi semata, sebaiknya ia menyayanginya karena apa yang diperolehnya memang sudah ditentukan baginya. Sesuatu yang membuat orang merasa iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain belum tentu dirasakan oleh orang tersebut seperti yang dibayangkannya. Banyak orang yang menyangka bahwa para pejabat itu bergelimang dengan kenikmatan. Mereka tidak memahami bahwa jika seseorang sangat menginginkan sesuatu, kemudian ia berhasil memperolehnya maka sesuatu itu akan terasa biasa-biasa saja baginya. Sementara, orang yang hasad hanya memandang semua itu dengan pandangan yang penuh harap dan penuh ambisi.
Kita boleh hasad kepada orang lain hanya dalam dua hal, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut ini.
“Tidak diperbolehkan hasad kecuali kepada dua orang, yakni kepada seorang laki-laki yang diberikan Al-Qur’an oleh Allah swt. dan dia mengamalkannya siang dan malam; dan kepada seorang laki-laki yang diberikan harta oleh Allah swt. lalu dia menginfakkannya di jalan yang benar siang dan malam.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
a. Bahaya Perbuatan Hasad
Sifat Hasad sangat membahayakan kehidupan manusia karena:
1) Menyebabkan hati tidak senang karena selalu memikirkan cara menghilangkan kenikmatan dari orang lain;
2) Menghancurkan peratuan dan kesatuan karena biasanya orang yang hasad akan mengadu domba dan suka memfitnah;
3) Menghilangkan kebaikan yang ada padanya, sebagaimana sabda Rasulullah saw.
“Hendaklah kalian menjauhkan diri dari sifat hasad memakan kebaikan, sebagaimana api membakar kayu bakar.” (H.R. Abu Dawud)
b. Cara Menghindari Hasad
Cara menghindari hasad, antara lain
1) Meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt;
2) Menyadari bahwa pemberian Allah kepada manusia tidak selalu sama;
3) Menyadari bahwa hasad dapat menghapuskan kebaikan.
2. Sikap Ria
Ria berarti mempertlihatkan (menampakkan) diri kepada orang lain supaya diketahui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan maupun sikap perbuatan. Hali ini bertujuan untuk mendapat perhatian, penghargaan, dan pujian manusia. Ria bisa terjadi dalam niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan atau juga terjadi ketka melakukan pekerjaan atau setelah selesai melakukan suatu pekerjaan.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bercerita, “Pada hari kiamat nanti adaorang yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu! Mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab, ‘Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain agara dirimudikatakan sebagai pemberani. Apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.” Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah swt. dalam agama disebut ria. Sepintas, sifat ria merupakan perkara yang sepele. Namun, akibatnya sangat fatal. Sifat ria dapat menghapus semua amal kebaikan bagaikan debu di atas bebatuan yang tertiup angin. Allah swt. berfirman sebagai berikut.
“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Q.S. al-Furqān/25:23)
Abu Hurairah r.a. juga pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda,”Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu, kecuali lapar dan dahaga. Banyak pula orang yang melakukan salat malam yang tidak mendapatkan apa-apa, kecuali tidak tidur semalaman.” Begitu dahsyatnya penyakit ria ini sehingga ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Apakah keselamatan itu?” Beliau menjawab, “Apabila kamu tidak menipu Allah.” Orang tersebut bertanya lagi. “Bagaimana menipu Allah itu?” Beliau menjawab, “Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu uuntuk selain Allah.”
Meskipun ria sangat berbahaya, tidak sedikit diantara kita yang terpedaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya.
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib sebagai berikut. Orang yang ria itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliahnya ketika dirinya dicela. Secara tegas Rasulullah saw pernah bersabda, “Takutlah kamu kepada syirik kecil.” Para sahabatnya bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Beliau menjawab, “Sifat ria. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat ria, ‘Pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka selama di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka?’”
Bahasan tentang sikap ria terbagi dalam beberapa hal, yaitu ria dalam niat, ria dalam perbuatan, dan bahaya ria.
a. Ria dalam Niat
Ria dalam niat, yaitu ketika mengawali pekerjaan berkeinginan untuk mendapat pujian, sanjungan, dan penghargaan dari orang lain. Padahal, niat itu sangat menentukan nilai dari suatu pekerjaan. Jika pekerjaan yang baik dilakukakn dengan niat karena Allah, perbuatan itu mempunyai nilai di sisi-Nya. Jika perbuatan itu dilakukan karena ingin mendapatkan sanjungan dan penghargaa dari orang lain, perbuatan itu tidak akan memperoleh pahal dari Allah. Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.
“Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya.” (H.R. Muslim)
b. Ria dalam Perbuatan
Ria dalam perbuatan ini, dapat dicontohkan ketika mengerjakan salat dan bersedekah. Orang ria dalam mengerrjakan salat biasanya memperlihatkan kesungguhan, kerajinan, dan kekhusuannya ketika ia berada di tengah-tengah orang atau jamaah. Ia melaksanakan salat itu dengan mengharapkan perhatian, sanjungan, dan pujian orang lain agar dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yang ria dalam salatnya akan celaka di akhirat nanti. Allah swt., menjelaskan hal itu dalam Surah al-Ma’un ayat 4-7 dan an-Nisa ayat 142 sebagai berikut.
“Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan (memberikan) bantuan.” (Q.S. al-Ma’un/107:4-7)
“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allahlah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) dihadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. an-Nisa’/4:142)
c. Bahaya Ria
Ria bahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Terhadap diri sendiri, bahaya ria itu apat berupa ketidakpuasan, rasa hampa, sakithati, dan penyesalan. Ia merasakannya ketika orang lain tidak menghargai, tidak menyanjungnya, dan tidak berterimakasih kepadanya. Padahal, ia telah menolong orang lain atau bersedekah. Akhirnya jiwanya akan sakit dan berkeluh kesah tiada henti.
Bahaya ria terhadap orang lain terutama adalah kepada orang yang dibantu. Ia akan diolok-olok dan dicaci oleh orang yang membantu atau memberinya dengan ria itu. Ia mengumpat dan mencaci karena keinginan untuk disanjung dan dipuji tidak terpenuhi. Orang yang telah diumpat dan dicaci itu pasti akan tersinggung dan akhirnya terjadlah perselisihan antarkeduanya.
Perbuatan ria sangat merugikan karena Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatannya. Hal ini tergambar dalam sabda Rasulullah saw. berikut.
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, “Aya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesunggguhnya manusia yang pertama kali diadili di hari kiamat adalahseorang yang mati syahid. Kemudian, dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya dan iapun mengakuinya. Lantas ditanya, ‘Dipergunakan untuk apa nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘Aku berperang karena-Mu sehingga aku mati syahid. Allah menjawab, ‘Dusta kamu! Sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai pahlawan. ‘Dan kemudian (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka.
Kedua, seseorang yang dilapangkan rezekinya dan dikaruniai berbagai macam kekayaan. Kemudian, dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimany itu dan ia pun mengakuinya. Lantas ditanya, ‘Dipergunakan untuk apa nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘Aku tidak pernah meninggalkan infak pada jalan yang tidak Engkau ridai, melainkan aku berinfak (hanya) karena-Mu.’ Lalu Allah menjawab, ‘Dusta kamu! Sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai dermawan. Kemudian, (malaikat) dipeintahkan menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka.‘
Ketiga, seorang yang belajar dan mengajar, dan suka membaca Al-Quran maka ia dihadapkan dan diperlihatkan nikmat yang telah diterimanya itu dan ia pun mengakuinya. Lantas, ia ditanya, ‘Dipergunakan untuk apa nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Quran hany untuk-Mu (Ya Allah).’ Lalu, Allah menjawab, ‘Dusta kamu! Sesungguhnya kamu menuntut ilmu supaya dikatakan orang pandai dan kamu membaca Al-Quran supaya dikatakan sebagai Qari’. Lalu malaikat diperintahkan untuk menyeret orang itu danmelemparkannya ke dalam neraka. ” (H.R. Muslim)
3. Sikap Aniaya
Aniaya adalah perbuatan bengis, seperti penyiksaan atau penindasan. Menganiaa berarti menyiksa, menyakiti, dan berbagai bentuk kesewanangan, menindas dan mengambil hak orang lain dengan paksa.
Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa penganiyayaan merupakan kejahatan kejahatan yang bersifat mengancam harta dan jiwa. Perbuatan itu sama dosanya dengan mencuri, bahkan lebih besar karena di dalamnya terdapat unsure kekerasan. Jika sampai membunu korbannya, perbuatan itu termasuk salah satu dosa besar. Hukuman bagi mereka dijelaskan Allah swt. sebagai berikut. Hukuman bagi yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia, dari akhirat mereka mendapat azab yang besar. (Q.S al-Ma’idah/5:33)
Ayat tersebut menyatakan bahwa hukuan bagi penganiyaya diberlakukan sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukannya, yaitu sebagai berikut.
a. Jika menganiaya dan membunuh korban serta mengambil hartanya, penganiyaya dihukum dibunuh atau disalib.
b. Jika ia hanya mengambil harta tanpa membunuh korbannya, hukumannya dipotong tangan dan kakinya dengan cara silang.
c. Jika ia tidak mengambil harta dan membunuh karena tertangkap sebelum sempat sebelum melakukan sesuatu atau hanya menakut-nakuti saja, hukumannya adalah dipenjara.
4. Diskriminasi
Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap manusia atau individu tertentu berdasarkan karakteristik tertentu, seperti warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan jenis kelamin. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia. Hal itu disebabkan manusia memiliki kecenderungan untuk membeda-bedakan yang lain. Islam melarang keras prakte diskriminasi, sebagaimana difirmankan Allah swt. dalam surah Al-Hujurah ayat 13 berikut ini.
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah, ialah orang yang paling brtakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (Q.S. al-Hujurat/49:13)
Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. menegaskan bawa tia ada satu bangsapun yang lebih mulia dibandingkan suku bangsa yang lain. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Nadrah sebagai berikut.
Dan sesungguhnya nenek moyangmu adalah satu. Ingat, orang Arab tidak memiliki keunggulan atas orang Arab dan orang non Arab tidak memiliki keunggulan atas orang Arab. (H.R. Ahmad:22391)
Ada beberapa diskriminasi yang muncul di masyarakat, seperti diskriminasi berdasarkan warna kulit, suku, golongan, ekonomi, agama, dan jenis kelamin.
a. Diskriminasi Berdasarkan Warna Kulit
Contoh diskriminasi berdasarkan warna kulit yang paling nyata adalah penerapan politik apartheid di Afrika Selatan. Di sana warga negar kulit putih (keturunsn Eropa) memperleh kemudahan dalam berbagai hal, seperti kesempatan kerja dan fasilitas umum. Mereka dapat memperoleh kedudukan tinggi dalam berkarir dan fasilitas umum yang baik. Sebaliknya kaum kulit berwarna diposisikan sebagai warga negar kelas rendah. Mereka bekerja sebagai buruh pasar dan tidak diberikan kesempatan dalam pemerintahan. Fasilitas umum bagi mereka juga dibedakan dan lebih buruk daripada warga Negara kulit putih.
b.Diskriminasi Berdasarkan Golongan
Contoh diskriminasi berdasarkan golongan adalah system kasta dalam agama Hindu. Warga yang menganut agama Hindu terdiri dari beberapa kasta, yaitu brahmana, ksatria, waisa, dan sudra. Setiap golongan memperoleh fasilitas dan perlakuan yang berbeda dari negara. Pernikahan lintas golongan juga tidak diperbolehkan.
c. Diskriminasi Berdasarkan Suku
Diskriminasi berdasarkan suku adalah pembedaan perlakuan karena perbedaan suku. Pada zaman Arab jahiliyah, penduduk Arab menjunjung tinggi semangat kesukuan. Ikatan emosional dalam satu suku sangat kuat sehingga mereka akan membela mati-matian orang-orang sesama suku walaupun mereka salah. Hal itu menyebabkan adanya perang antarsuku tanpa henti dikalangan mereka. Saat ini, diskriminasi berdasaran suku biasanya terjadi dalam hal kesempatan kerja di pemerintahan. Seorang pejabat akan menerima pegawai baru didorong oleh solidaritas sesama suku dan bukan berdasarkan kemampuan kerjanya.
d.Diskriminasi Berdasarkan Ekonomi
Diskriminasi berdasarkan ekonomi adalah pembedaan perlakuan karena perbedaan kelas ekonomi atau kekayaan. Dalam hal ini, orang-orang kaya memperoleh kemudahan karena kemampuan finansial mereka. Sedangkan orang miskin sering diabaikan. Penentuan hokum oleh Negara juga berdasarkan kepentingan orang-orang kaya. Akibatnya, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Padahal, ajaran Islam mendorong orang-orang kaya agar membantu mereka yang miskin sehingga orang miskin juga dapat menikmati kesejahteraan hidup.
e.Diskriminasi Berdasarkan Agama
Diskriminasi berdasarkan agama adalah perbedaan perlakuan karena perbedaan agama. Di Indonesia semua warga Negara mendapatkan jaminan dalam melaksanakan agama dan keyakinannya. Akan tetapi, yang sering terjadi adalah di tempat yang kaum muslim menjadi mayoritas, umat non muslim memperoleh kebebasan menjalankan ibadah. Sebaliknya di tempat yang kaum muslim yang menjadi minoritas, mereka mendaptkan hambatan dan kesulitan dalam menjalankan ibadah. Halinilah yang menjadi tantangan bagi kita semua.
f. Diskriminasi Berdasarkan Jenis Kelamin
Contoh diskriminasi berdasarkan jenis kelamin ini sebagaimana yang terjadi pada masa Arab jahiliyah. Mereka menganggap perempuan sebagai individu yang tidak berguna sehingga mereka mebunuh anak-anak perempuan mereka. Di masa sekarang ada orang tua yang mendahulukan anak laki-laki mereka dalam hal pendidikan dan mengabaikan anak perempuan mereka dengan alasan bahwa tugas anak perempuan cukup mengurus anak dan urusan dapur. Hal ini menutup kesempatan perempuan untuk mengembangkan diri mereka. Padahal, banyak perempuan yang memiliki kemampuan tidak kalah dibanding kaum laki-laki.
Uji Kompetensi
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang tepat!
1. Berikut ini perhiasan yang dilarang, kecuali….
a. Memakai cincin emas bagi laki-laki
b. Bertato dan mengikir gigi
c. Berlebih-lebihan
d. Menyambung rambut
e. Memakai minyak rambut
2. Allah swt. berfirman “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan, dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” Hal tersebut dinyatakan dalam surah al-A’raf ayat….
a. 3
b. 13
c. 23
d. 31
e. 43
3. Menjaga kebersihan merupakan perbuatan yang disukai oleh Allah swt., sebagaimana yang dinyatakan dalam surah at-Taubah ayat….
a. 8
b. 18
c. 48
d. 78
e. 108
4. Fungsi utama pakaian menurut agama Islam adalah….
a. Nyaman dipakai
b. Hasil budaya
c. Penutup aurat
d. Penjaga keindahan
e. Penjaga kesehatan
5. Menutup aurat diperintahkan oleh Allah swt. dalam surah….
a. An-Naba:31
b. An-Nisa’:31
c. An-Najm:5
d. An-Nahl:31
e. An-Nur:31
6. Allah swt. memerintahkan kepada orang yang beriman agar menutup aurtanya dan tidak sembarangan orang yang boleh melihatnya. Hal tersebut bertujuan agar….
a. Kehormatan orang tersebut terjaga
b. Tidak tersentuh oleh orang lain
c. Dipandang sebagai orang yang taat beragama
d. Tetap bersih
e. Tampak lebih rapi
7. Dalam Islam kewajiban menghormati tamu selama … hari.
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Empat
e. Lima
8. Menerima dan menghormati tamu hukumnya adalah….
a. Wajib
b. Anjuran
c. Haram
d. Sunah
e. jaiz
9. Berhias yang berlebih-lebihan dilarang oleh Islam karena….
a. Orangnya miskin
b. Hanya sebagai ibu rumah tangga
c. Menghambur-hamburkan harta
d. Orangnya hitam
e. Pendidikannya rendah
10. Diantara tata cara beartamu yang baik adalah….
a. Mengenakan baju yang mahal
b. Membawa teman
c. Berpakaian rapi dan pantas
d. Menggunakan kendaraan
e. sendirian
11. Berikut ini cara menerima tamu yang baik, kecuali…
a. Berpakaian yang pantas
b. Menerima tamu dengan sikap yang baik
c. Menjamu tamu sesuai kemampuan
d. Mengantarkan sampai ke pintu halaman ketika tamu pulang
e. Menyuruh tamunya pergi setelah kita merasa bosan
12. Sikap seorang istri yang menerima tamu seorang laki-laki, sedabgkan suaminya tidak dirumah adalah….
a. Menemuinya di luar rumah
b. Menunggu sampai suaminya pulang
c. Tidak memberi izin karena suaminya tidak ada di rumah
d. Menyuruh ke rumah tangga dalam rangka menunggu
e. Menyuruh ke rumah dan mempersilakan makan
13. Lafal yang berarti janganlah kamu memasuki rumah adalah….
14.
15. Pakaian yang tidak boleh dipakai oleh laki-laki adalah….
a. Celana panjang
b. Celana pendek sampai bawah lutut
c. Baju kemeja
d. Baju kaos
e. Kain sutra
16. Menurut Rasulullah saw., amal orang yang hasad atau dengki akan habis laksana….
a. Api memakan kayu yang sangat kering
b. Minyak tanah dibakar api
c. Bensin dibakar api
d. Gas menghilang di udara
e. Embun melayang dari pohon yang tinggi
17. Perasaan tidak senang melihat orang lain mendapat nikmat dari Allha dan berharap nikmat itu hilang dari orang tersebut adalah pengertian….
a. Dengki
b. Baik sangka
c. Syirik
d. Buruk sangka
e. Ria
18. Diantara penyakit hati yang dosanya sangat besar bahkan lebih besar daripada membunuh adalah….
a. Merampok
b. Khianat
c. Hasad
d. Buruk sangka
e. Fitnah
19. Ria dapat digolongkan menjadi dua, yaitu dikaitkan dengan….
a. Niat dan perbuatan
b. Hati dan ucapan
c. Hati dan pendengaran
d. Perbuatan dan ketulusan
e. Niat dan pendengaran
20. Di bawah ini yang tidak termasuk penyakit hati menurut ajaran Islam adalah….
a. Iman
b. Islam
c. Ihsan
d. Buruk sangka
e. Buruk rupa
21. Perjalanan merupakan penggalan dari….
a. Nikmat
b. Azab
c. Kesenangan
d. Kebahagiaan
e. Peperangan
22. Sebelum melakukan perjalanan, salah satu hal yang harus dilakukan adalah ….
a. Mengerjakan puasa sunah
b. Meminjam barang-barang yang diperlukan
c. Membayar utang
d. Meminta bekal kepada keluarga
e. Melarang orang-orang yang akan menemani
23. Bertobat kepada Allah swt. dlakukan….
a. Sebelum melakukan perjalanan
b. Selama dalam perjalanan
c. Sesudah perjalanan
d. Sesudah tiba di tempat tujuan
e. Sesudah tiba di rumah
24. Lafal doa ….
25. Salah satu hal yang dikerjakan sesudah melakukan perjalanan adalah….
a. Membaca takbir
b. Menolong teman perjalanan
c. Membaca doa safar
d. Melafalkan ucapan syukur
e. Melakukan musyawarah
26. Pengertian yang benar mengenai diskriminasi adalah….
a. Pemisahan tempat duduk di sekolah berdasarkan jenis kelamin
b. Pembedaan perlakuan terhadap individu tertentu berdasarkan karakteristik tertentu
c. Pemisahan kamar bagi anak laki-laki dan perempuan setelah usia baligh
d. Pembedaan tempat bagi orang-orang penting dalam suatu upacara
e. Pembedaan sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus
27.
28. Menurut Rasulullah saw., suatu kaum pada dasarnya tidak memiliki keunggulan atas kaum lainnya karena….
a. Allah menciptakan bumi yang sama bagi semua manusia
b. Allah menciptakan nabi pada semua manusia
c. Manusia lahir dalam keadaan yang sama
d. Nenek moyang manusia adalah Satu
e. Nenek moyang manusia bermacam-macam
29. Politik apartheid di Afrika Selatan merupakan contoh diskriminasi berdasarkan….
a. Agama
b. Jenis kelamin
c. Warna kulit
d. Golongan
e. ekonomi
30. Pembedaan masyarakat dalam agama Hindu adalah….
a. Berdasarkan pada prinsip kesetaraan
b. Berdasarkan jumlah masyarakat
c. Sistem keluarga
d. Sistem Pemerintahan
e. Sistem kasta
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat!
1. Sebutkan sedikitnya tiga fungsi pakaian!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan aurat!
3. Sebutkan larangan bertamu untuk tiga waktu aurat!
4. Sebutkan sedikitnya tiga cara bertamu yang baik!
5. Mengapa Islam mewajibkan umatnya menghormati tamu?
6. Mengapa seorang istri dilarang menerima tamu laki-laki tanpa seizin suaminya?
7. Jelaskan yang dimaksud dengan aniaya!
8. Jelaskan pengertan hasad atau dengki!
9. Jelaskan pengertian ria yang dibenci Allah swt.!
10. Sebutkan cara-cara menghindari penyakit hati!
11. Jelaskan pengertian diskriminasi!
12. Berdasarkan warna kulitnya, bangsa manakah yang selama ini dianggap memiliki derajat lebih tinggi?
13. Siapakah manusia yang paling baik menurut Al-Qur’an Surah al-Hujarat ayat 13?
14. Perlakuan seperti apa yang seharusnya ditunjukkan kaum muslimin terhadap orang miskin?
15. Sebutkan golongan-golongan yang terdapat dalam system kasta agama Hindu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar/Remidi anda :