Senin, Mei 28, 2012

Shalawat Al Barjanji

Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu do’a-do’a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.

Nama Barzanji diambil dari nama pengarangnya, seorang sufi bernama Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al – Barzanji.
Beliau adalah pengarang kitab Maulid yang termasyur dan terkenal dengan nama Mawlid Al-Barzanji. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (kalung permata) atau ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyyil Azhar.Barzanji sebenarnya adalah nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzanj. Nama Al-Barzanji menjadi populer tahun 1920-an ketika Syaikh Mahmud Al-Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu menguasai Irak.

Kitab Maulid Al-Barzanji karangan beliau ini termasuk salah satu kitab maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Arab dan Islam, baik Timur maupun Barat. Bahkan banyak kalangan Arab dan non-Arab yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam acara-acara keagamaan yang sesuai. Kandungannya merupakan Khulasah (ringkasan) Sirah Nabawiyah yang meliputi kisah kelahiran beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah, akhlaq, peperangan hingga wafatnya. Syaikh Ja’far Al-Barzanji dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Zulhijjah tahun 1126 di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa, selepas Asar, 4 Sya’ban tahun 1177 H di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi saw.

Sayyid Ja’far Al-Barzanji adalah seorang ulama’ besar keturunan Nabi Muhammad saw dari keluarga Sa’adah Al Barzanji yang termasyur, berasal dari Barzanj di Irak. Datuk-datuk Sayyid Ja’far semuanya ulama terkemuka yang terkenal dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, sentiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah,dan pemurah.

Nama nasabnya adalah Sayid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a.

Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta membaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So’idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri.Antara guru-guru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah : Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syeikh Yusuf Al-Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Sayid Ja’far Al-Barzanji telah menguasai banyak cabang ilmu, antaranya: Shoraf, Nahwu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usulul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadits, Usul Hadits, Tafsir, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah.

Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga seorang Qodhi (hakim) dari madzhab Maliki yang bermukim di Madinah, merupakan salah seorang keturunan (buyut) dari cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid Al-Alwi Al-Husain Al-Musawi Al-Saharzuri Al-Barzanji (1040-1103 H / 1630-1691 M), Mufti Agung dari madzhab Syafi’i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, lalu mengembara ke berbagai negeri sebelum bermukim di Kota Sang Nabi. Di sana beliau telah belajar dari ulama’-ulama’ terkenal, diantaranya Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari, Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi, Syaikh Ahmad Al-Asybuli. Beliau juga telah diijazahkan oleh sebahagian ulama’, antaranya : Syaikh Muhammad At-Thoyib Al-Fasi, Sayid Muhammad At-Thobari, Syaikh Muhammad ibn Hasan Al A’jimi, Sayid Musthofa Al-Bakri, Syaikh Abdullah As-Syubrawi Al-Misri.

Syaikh Ja’far Al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdo’a untuk hujan pada musim-musim kemarau.

Historisitas Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar perihal peringatan maulid Nabi Muhammad saw untuk yang pertama kali. Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris.

Kita mengenal itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.

Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi -dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub- katakanlah dia setingkat Gubernur. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal.

Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.

Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H / 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 / 1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.

Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang.

Salah satu kegiatan yang di prakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.

Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.

Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi saw dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi dan prosa (nasr) dan kasidah yang sangat menarik. Secara garis besar, paparan Al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut: (1) Sislilah Nabi adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan. (2) Pada masa kecil banyak kelihatan luar biasa pada dirinya. (3) Berniaga ke Syam (Suraih) ikut pamannya ketika masih berusia 12 tahun. (4) Menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. (5) Diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, dan mulai menyiarkan agama sejak saat itu hingga umur 62 tahun. Rasulullah meninggal di Madinah setelah dakwahnya dianggap telah sempurna oleh Allah SWT.

Dalam Barzanji diceritakan bahwa kelahiran kekasih Allah ini ditandai dengan banyak peristiwa ajaib yang terjadi saat itu, sebagai genderang tentang kenabiannya dan pemberitahuan bahwa Nabi Muhammad adalah pilihan Allah. Saat Nabi Muhammad dilahirkan tangannya menyentuh lantai dan kepalanya mendongak ke arah langit, dalam riwayat yang lain dikisahkan Muhammad dilahirkan langsung bersujud, pada saat yang bersamaan itu pula istana Raja Kisrawiyah retak terguncang hingga empat belas berandanya terjatuh. Maka, Kerajaan Kisra pun porak poranda. Bahkan, dengan lahirnya Nabi Muhammad ke muka bumi mampu memadamkan api sesembahan Kerajaan Persi yang diyakini tak bisa dipadamkan oleh siapapun selama ribuan tahun.

Keagungan akhlaknya tergambarkan dalam setiap prilaku beliau sehari-hari. Sekitar umur tiga puluh lima tahun, beliau mampu mendamaikan beberapa kabilah dalam hal peletakan batu Hajar Aswad di Ka’bah. Di tengah masing-masing kabilah yang bersitegang mengaku dirinya yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Rasulullah tampil justru tidak mengutamakan dirinya sendiri, melainkan bersikap akomodatif dengan meminta kepada setiap kabilah untuk memegang setiap ujung sorban yang ia letakan di atasnya Hajar Aswad. Keempat perwakilan kabilah itu pun lalu mengangkat sorban berisi Hajar Aswad, dan Rasulullah kemudian mengambilnya lalu meletakkannya di Ka’bah.

Kisah lain yang juga bisa dijadikan teladan adalah pada suatu pengajian seorang sahabat datang terlambat, lalu ia tidak mendapati ruang kosong untuk duduk. Bahkan, ia minta kepada sahabat yang lain untuk menggeser tempat duduknya, namun tak ada satu pun yang mau. Di tengah kebingungannya, Rasulullah saw memanggil sahabat tersebut dan memintanya duduk di sampingnya.. Tidak hanya itu, Rasul kemudian melipat sorbannya lalu memberikannya pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Melihat keagungan akhlak Nabi Muhammad, sahabat tersebut dengan berlinangan air mata lalu menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk, tetapi justru mencium sorban Nabi Muhammad saw tersebut.

Bacaan shalawat dan pujian kepada Rasulullah bergema saat kita membacakan Barzanji di acara peringatan maulid Nabi Mauhammad saw, Ya Nabi salâm ‘alaika, Ya Rasûl salâm ‘alaika, Ya Habîb salâm ‘alaika, ShalawatulLâh ‘alaika… (Wahai Nabi salam untukmu, Wahai Rasul salam untukmu, Wahai Kekasih salam untukmu, Shalawat Allah kepadamu…)

Kemudian, apa tujuan dari peringatan maulid Nabi dan bacaan shalawat serta pujian kepada Rasulullah? Dr. Sa’id Ramadlan Al-Bûthi menulis dalam Kitab Fiqh Al-Sîrah Al-Nabawiyyah: “Tujuannya tidak hanya untuk sekedar mengetahui perjalanan Nabi dari sisi sejarah saja. Tapi, agar kita mau melakukan tindakan aplikatif yang menggambarkan hakikat Islam yang paripurna dengan mencontoh Nabi Muhammad saw.”

Sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel dalam bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi saw dalam Islam (1991), , menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far Al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair, sebentuk eulogy bagi Sang Nabi. Pancaran kharisma Nabi Muhammad saw terpantul pula dalam sejumlah puisi, yang termasyhur: Seuntai gita untuk pribadi utama, yang didendangkan dari masa ke masa.

Untaian syair itulah yang tersebar ke berbagai negeri di Asia dan Afrika, tak terkecuali Indonesia. Tidak tertinggal oleh umat Islam penutur bahasa Swahili di Afrika atau penutur bahasa Urdu di India, kita pun dapat membaca versi bahasa Indonesia dari syair itu, meski kekuatan puitis yang terkandung dalam bahasa Arab kiranya belum sepenuhnya terwadahi dalam bahasa kita sejauh ini.

Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad saw. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: ‘Natsar’ dan ‘Nadhom’. Bagian Natsar terdiri atas 19 sub bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya menurutkan riwayat Nabi Muhammad saw, mulai dari saat-saat menjelang beliau dilahirkan hingga masa-masa tatkala paduka mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nadhom terdiri atas 16 sub bagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir “nun”.

Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan sang penyair oleh sosok dan akhlak Sang Nabi. Dalam bagian Nadhom misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi pujaan” Engkau mentari, Engkau rebulan dan Engkau cahaya di atas cahaya“.

Di antara idiom-idiom yang terdapat dalam karya ini, banyak yang dipungut dari alam raya seperti matahari, bulan, purnama, cahaya, satwa, batu, dan lain-lain. Idiom-idiom seperti itu diolah sedemikian rupa, bahkan disenyawakan dengan shalawat dan doa, sehingga melahirkan sejumlah besar metafor yang gemilang. Silsilah Sang Nabi sendiri, misalnya, dilukiskan sebagai “Untaian Mutiara”.

Betapapun, kita dapat melihat teks seperti ini sebagai tutur kata yang lahir dari perspektif penyair. Pokok-pokok tuturannya sendiri, terutama menyangkut riwayat Sang Nabi, terasa berpegang erat pada Alquran, hadist, dan sirah nabawiyyah. Sang penyair kemudian mencurahkan kembali rincian kejadian dalam sejarah ke dalam wadah puisi, diperkaya dengan imajinasi puitis, sehingga pembaca dapat merasakan madah yang indah.

Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja’far Al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan cara umat Islam diberbagai negeri menghormati sosok dan perjuangan Nabi Muhammad saw.

Kitab Maulid Al-Barzanji ini telah disyarahkan oleh Al-’Allaamah Al-Faqih Asy-Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Ba`ilisy yang wafat tahun 1299 H dengan satu syarah yang memadai, cukup elok dan bermanfaat yang dinamakan ‘Al-Qawl Al-Munji ‘ala Mawlid Al-Barzanji’ yang telah banyak kali diulang cetaknya di Mesir.

Di samping itu, telah disyarahkan pula oleh para ulama kenamaan umat ini. Antara yang masyhur mensyarahkannya ialah Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy Al-Maaliki Al-’Asy’ari Asy-Syadzili Al-Azhari dengan kitab ’Al-Qawl Al-Munji ‘ala Maulid Al-Barzanji’. Beliau ini adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif, bermazhab Maliki lagi Asy`ari dan menjalankan Thoriqah Asy-Syadziliyyah. Beliau lahir pada tahun 1217 H / 1802M dan wafat pada tahun 1299 H / 1882M.

Ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya, yaitu Sayyidul Ulamail Hijaz, An-Nawawi Ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi turut menulis syarah yang lathifah bagi Maulid al-Barzanji dan karangannya itu dinamakannya ‘Madaarijush Shu`uud ila Iktisaail Buruud’. Kemudian, Sayyid Ja’far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal ‘Abidin bin Sayyid Muhammad Al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami kepada satu-satunya anak Sayyid Ja’far al-Barzanji, juga telah menulis syarah bagi Maulid Al-Barzanj tersebut yang dinamakannya ‘Al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Maulidin Nabiyil Azhar’. Sayyid Ja’far ini juga adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif. Beliau juga merupakan seorang Mufti Syafi`iyyah. Karangan-karangan beliau banyak, antaranya: “Syawaahidul Ghufraan ‘ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaail Ramadhan”, “Mashaabiihul Ghurar ‘ala Jaliyal Kadar” dan “Taajul Ibtihaaj ‘ala Dhauil Wahhaaj fi Israa` wal Mi’raaj”. Beliau juga telah menulis sebuah manaqib yang menceritakan perjalanan hidup dan ketinggian nendanya Sayyid Ja’far Al-Barzanji dalam kitabnya “Ar-Raudhul A’thar fi Manaqib As-Sayyid Ja’far”.

Kitab Al-Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) dibacakan dalam berbagai macam lagu; rekby (dibaca perlahan), hejas (dibaca lebih keras dari rekby ), ras (lebih tinggi dari nadanya dengan irama yang beraneka ragam), husein (memebacanya dengan tekanan suara yang tenang), nakwan membaca dengan suara tinggi tapi nadanya sama dengan nada ras, dan masyry, yaitu dilagukan dengan suara yang lembut serta dibarengi dengan perasaan yang dalam

Di berbagai belahan Dunia Islam, syair Barzanji lazimnya dibacakan dalam kesempatan memeringati hari kelahiran Sang Nabi. Dengan mengingat-ingat riwayat Sang Nabi, seraya memanjatkan shalawat serta salam untuknya, orang berharap mendapat berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Sudah lazim pula, tak terkecuali di negeri kita, syair Barzanji didendangkan – biasanya, dalam bentuk standing ovation – dikala menyambut bayi yang baru lahir dan mencukur rambutnya.

Pada perkembangan berikutnya, pembacaan Barzanji dilakukan di berbagai kesempatan sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, upacara pemberian nama, mencukur rambut bayi, aqiqah, khitanan, pernikahan, syukuran, kematian (haul), serta seseorang yang berangkat haji dan selama berada disana. Ada juga yang hanya membaca Barzanji dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’idhah hasanah dari para muballigh atau da’i.

Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal kalender hijriyah (Maulud). Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakda Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.

Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam, antara lain: berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’idhah hasanah pada acara temanten dan mauludan.

Dalam ‘Madarirushu’ud Syarhul’ Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di hari kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”

(Diambil dari berbagai sumber)

 

Syeikh Abdul Qadir Jaelani

 

 

Syeikh Abdul Qodir Jaelani (bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-Jaelani) lahir di Jailan atau Kailan tahun 470 H/1077 M, sehingga diakhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliydan.

(Biografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia). Beliau wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir di daerah Babul Azajwafat di Baghdad pada 561 H/1166 M.

Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali.

Masa muda

Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama’ seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’. Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat setelah mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau, sehingga sekolah itu tidak muat menampungnya.

Murid-murid

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama’ terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syeikh Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.

Perkataan ulama tentang beliau : Syeikh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir, beliau menjawab, ” kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.”

Syeikh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sampai beliau meninggal dunia. (Siyar A’lamin NubalaXX/442). Beliau adalah seorang ‘alim. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, “thariqah” yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya. Diantaranya dapat diketahui dari perkataan Imam Ibnu Rajab, ”

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik ‘ulama dan para ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri’ Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri (Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir Al Lakh-mi Asy Syath-Nufi. Lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar (kebohongannya ). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk berpegang dengannya, sehingga aku tidak meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah masyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh ( dari agama dan akal ), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas. (Seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya.) semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja’far Al Adfwi (Nama lengkapnya ialah Ja’far bin Tsa’lab bin Ja’far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seoarang ‘ulama bermadzhab Syafi’i. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitab Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.) telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini.”(Dinukil dari kitab At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.). Imam Ibnu Rajab juga berkata, ” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki pemahaman yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah.”

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, ” Dia (Allah ) di arah atas, berada diatas ‘arsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu.” Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadist-hadist, lalu berkata ” Sepantasnya menetapkan sifat istiwa’ ( Allah berada diatas ‘arsyNya ) tanpa takwil ( menyimpangkan kepada makna lain ). Dan hal itu merupakan istiwa’ dzat Allah diatas arsy.” (At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 515). Ali bin Idris pernah bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, ” Wahai tuanku, apakah Allah memiliki wali (kekasih ) yang tidak berada di atas aqidah ( Imam ) Ahmad bin Hambal?” Maka beliau menjawab, ” Tidak pernah ada dan tidak akan ada.”( At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 516).

Perkataan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tersebut juga dinukilkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Istiqamah I/86. Semua itu menunjukkan kelurusan aqidahnya dan penghormatan beliau terhadap manhaj Salaf.

Sam’ani berkata, ” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau.” Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,”Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”

Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syeikh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan beliau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, ”Intinya Syeikh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya dan Allah menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan orang beriman ). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau.”( Siyar XX/451 ). Imam Adz Dzahabi juga berkata, ” Tidak ada seorangpun para kibar masyasyeikh yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak diantara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi“.

Syeikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil,hal.136, ” Aku telah mendapatkan aqidah beliau ( Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ) didalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah. (Lihat kitab Al-Ghunyah I/83-94) Maka aku mengetahui bahwa dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj Salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi’ah, Rafidhah,Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf.” (At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.)

Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang ‘alim Salafi, Sunni, tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu. Wallahu a’lam bishshawwab.

Kesimpulannya beliau adalah seorang ‘ulama besar. Apabila sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjung-nyanjungnya dan mencintainya, maka itu adalah suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau di atas Rasulullah shollallahu’alaihi wasalam, maka hal ini merupakan kekeliruan yang fatal. Karena Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam adalah rasul yang paling mulia diantara para nabi dan rasul. Derajatnya tidak akan terkalahkan disisi Allah oleh manusia manapun. Adapun sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah ( perantara ) dalam do’a mereka, berkeyakinan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaranya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang meninggal sebagai perantara, maka tidak ada syari’atnya dan ini diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdo’a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak diberikan kepada selain Allah. Allah melarang mahluknya berdo’a kepada selain Allah. “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya disamping (menyembah ) Allah. ( QS. Al-Jin : 18 )”

Jadi sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk memperlakukan para ‘ulama dengan sebaik mungkin, namun tetap dalam batas-batas yang telah ditetapkan syari’ah. Akhirnya mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sehingga tidak tersesat dalam kehidupan yang penuh dengan fitnah ini.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya Baghdad pada tahun 656 H/1258 M.

Syeikh Abdul Qadir Jaelani juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah satu tarekat terbesar didunia bernama Tarekat Qodiriyah. Awal Kemasyhuran Al-Jaba’I berkata bahwa Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani juga berkata kepadanya, “tidur dan bangunku sudah diatur. Pada suatu saat, dalam dadaku timbul keinginan yang kuat untuk berbicara. Begitu kuatnya sampai aku merasa tercekik jika tidak berbicara. Dan ketika berbicara, aku tidak dapat menghentikannya. Pada saat itu ada dua atau tiga orang yang mendengarkan perkataanku. Kemudian mereka mengabarkan apa yang aku ucapkan kepada orang-orang, dan merekapun berduyun-duyun mendatangiku di masjid Bab Al-Halbah. Karena tidak memungkinkan lagi, aku dipindahkan ke tengah kota dan dikelilingi dengan lampu. Orang-orang tetap datang di malam hari dan memakai lilin dan obor dan memenuhi tempat tersebut. Kemudian aku dibawa keluar kota dan ditempatkan di sebuah mushalla. Namun orang-orang tetap datang kepadaku, dengan mengendarai kuda, unta bahkan keledai dan menempati tempat disekelilingku. Saat itu hadir sekitar 70 orang para wali RadhiAllahu anhum.

Kemudian Syaikh Abdul Qadir melanjutkan, “Aku melihat Rasululloh SAW sebelum dzuhur, beliau berkata kepadaku, ’anakku, mengapa engkau tidak berbicara ?’. ’Ayahku, bagaimana aku yang non arab ini berbicara di depan orang-orang fasih dari Baghdad?’. Beliau berkata, ’buka mulutmu’, lalu beliau meniup 7 kali ke dalam mulutku kemudian berkata, ”bicaralah dan ajak mereka ke jalan Allah dengan hikmah dan peringatan yang baik”. Setelah itu aku shalat dzuhur dan duduk dan mendapati jumlah yang sangat luar biasa banyaknya sehingga membuatku gemetar. Kemudian aku melihat Ali r.a. datang dan berkata, ’buka mulutmu’. Beliau lalau meniup 6 kali kedalam mulutku dan ketika aku bertanya kepadanya mengapa beliau tidak meniup 7 kali seperti yang dilakukan Rasululloh SAW, beliau menjawab bahwa beliau melakukan itu karena rasa hormat beliau kepada RasuluLloh SAW. Kemudian akku berkata, ’Pikiran, sang penyelam, mencari mutiara ma’rifah dengan menyelami laut hati, mencampakkannya ke pantai dada , dilelang oleh lidah sang calo, kemudian dibeli dengan permata ketaatan dalam rumah yang diizinkan Allah untuk diangkat’”. Beliau kemudian menyitir :

Idan untuk wanita seperti Laila seorang pria dapat membunuh dirinya, dan menjadikan maut dan siksaan sebagai sesuatu yang manis

Dalam beberapa manuskrip saya mendapatkan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata, ”Sebuah suara berkata kepadaku saat aku berada di pengasingan diri, ‘kembali ke Baghdad dan ceramahilah orang-orang’. Akupun masuk Baghdad dan menemukan para penduduknya dalam kondisi yang tidak aku sukai dan karena itulah aku tidak jadi mengikuti mereka’. ‘sesungguhnya’ kata suara tersebut ,’mereka akan mendapatkan manfaat dari keberadaan dirimu’.

‘Apa hubungan mereka dengan keselamatan agamaku / keyakinanku’ tanyaku.

‘Kembali (ke Baghdad) dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu’ jawab suara itu.

Akupun menbuat 70 perjanjian dengan Allah. Diantaranya adalah tidak ada seorangpun yang menentangku dan tidak ada seorang muridku yang meninggal kecuali dalam keadaan bertaubat. Setelah itu, aku kembali ke Baghdad dan mulai berceramah. Suatu ketika saat aku berceramah , aku melihat sebuah cahaya terang benderang mendatangi aku. ‘Apa ini dan ada apa?’tanyaku. ‘Rasululloh SAW akan datang menemuimu untuk memberikan selamat’ jawab sebuah suara. Sinar tersebut makin membesar dan aku mulai masuk dalam kondisi spiritual yang membuatku setengah sadar. Lalu aku melihat RasuLulloh SAW di depan mimbar, mengambang di udara dan memanggilku, ’wahai Abdul Qadir’. Begitu gembiranya aku dengan kedatangan RasuluLloh SAW , aku melangkah naik ke udara menghampirinya. Beliau meniup ke dalam mulutku 7 kali. Kemudian Ali datang dan meniup ke dalam mulutku 3 kali. ’mengapa engkau tidak melakukan seperti yang dilakukan RasuluLloh SAW?’ tanyaku kepadanya. ‘sebagai rasa hormatku kepada Rasulullah SAW‘ jawab beliau.

RasuluLlah SAW kemudian memakaikan jubah kehormatan kepadaku. ‘apa ini ?’ tanyaku. ‘ini’ jawab Rasulullah, ’adalah jubah kewalianmu dan dikhususkan kepada orang-orang yang mendapat derajad Qutb dalam jenjang kewalian’. Setelah itu , akupun tercerahkan dan mulai berceramah.

Saat Khidir as. Datang hendak mengujiku dengan ujian yang diberikan kepada para wali sebelumku, Allah membukakan rahasianya dan apa yang akan di katakannya kepadaku. Aku berkata kepadanya, ”Wahai Khidir, apabila engkau berkata kepadaku ’Engkau tidak akan sabar kepadaku’, maka aku akan berkata kepadamu ‘Engkau tidak akan sabar kepadaku’. Wahai Khidir, Engkau termasuk golongan Israel sedangkan aku termasuk golongan Muhammad, maka inilah aku dan engkau. Aku dan engkau seperti sebuah bola dan lapangan, yang ini Muhammad dan yang ini Ar-Rahman, ini kuda berpelana, busur terentang dan pedang terhunus.” Al-Khattab pelayan Syaikh Abdul QAdir meriwayatkan bahwa suatu hari ketika beliau sedang berceramah tiba-tiba beliau berjalan naik ke udara dan berkata, “Hai orang Israel, dengarkan apa yang dikatakan oleh kaum Muhammad” lalu kembali ke tempatnya. Saat ditanya mengenai hal tersebut beliau menjawab, ”Tadi Abu Abbas Al-Khidir as lewat, maka akupun berbicara kepadanya seperti yang kalian dengar tadi dan ia berhenti”.

Guru dan teladan kita Syaikh Abdul Qadir Al-Jilli berkata,” seorang Syaikh tidak dapat dikatakan mencapai puncak spiritual kecuali apabila 12 karakter berikut ini telah mendarah daging dalam dirinya yaitu :

Dua karakter dari Allah yaitu dia menjadi seorang yang Sattar (menutup aib) dan Ghaffar (Maha pemaaf).

Dua karakter dari RasuluLlah SAW yaitu penyayang dan lembut

Dua karakter dari Abu Bakar yaitu jujur dan dapat dipercaya.

Dua karakter dari Umar yaitu amar ma’ruf nahi munkar

Dua karakter dari Utsman yaitu dermawan dan bangun (tahajjud) pada waktu orang lain sedang tidur.

Dua karakter dari Ali yaitu aalim (cerdas/intelek) dan pemberani.

Masih berkenaan dengan pembicaraan di atas dalam bait syair yang dinisbatkan kepada beliau dikatakan :

Bila lima perkara tidak terdapat dalam diri seorang syaikh maka ia adalah Dajjal yang mengajak kepada kesesatan. Dia harus sangat mengetahui hukum-hukum syariat dzahir, mencari ilmu hakikah dari sumbernya, hormat dan ramah kepada tamu, lemah lembut kepada si miskin, mengawasi para muridnya sedang ia selalu merasa diawasi oleh Allah

Syaikh Abdul Qadir juga menyatakan bahwa Syaikh Al-Junaid mengajarkan standar Al-Qur’an dan Sunnah kepada kita untuk menilai seorang Syaikh. Apabila ia tidak hapal Al-Qur’an, tidak menulis dan menghapal Hadits, maka dia tidak pantas untuk diikuti.

Menurut saya (penulis buku) yang harus dimiliki seorang Syaikh ketika mendidik seseorang adalah dia menerima si murid untuk Allah, bukan untuk dirinya atau alasan lainnya. selalu menasihati muridnya, mengawasi muridnya dengan pandangan kasih. Lemah lembut kepada muridnya saat sang murid tidak mampu menyelesaikan Riyadhah. Dia juga harus mendidik si murid bagaikan anak sendiri dan orang tua penuh dengan kasih dan kelemah lembutan dalam mendidik anakknya. Oleh karena itu dia selalu memberikan yang paling mudah kepada si murid dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya. Dan setelah sang muuriid bersumpah untuk bertobat dan selalu taat kepada Allah baru sang syaikh memberikan yang lebih berat kepadanya. Sesungguhnya bai’at bersumber dari hadits RasuluLlah SAW ketika beliau mengambil bai’at para sahabatnya.

Kemudian dia harus mentalqin si murid dengan zikir lengkap dengan silsilahnya. Sesungguhnya Ali ra. Bertanya kepada RasuluLloh SAW, ‘Yaa Rasulullah, jalan manakah yang terdekat untuk sampai kepada Allah, paling mudah bagi hambanya dan paling afdhal di sisi Nya. RasuluLlah berkata,’Ali, hendaknya jangan putus berzikir (mengingat) kepada Allah dalam khalwat (kontemplasinya)’. Kemudian Ali ra. Kembali berkata , ‘Hanya demikiankah fadhilah zikir, sedangkan semua orang berzikir’. RasuluLlah berkata,’Tidak hanya itu wahai Ali, kiamat tidak akan terjadi di muka bumi ini selama masih ada orang yang mengucapkan “Allah” “Allah”. ‘Bagaimana aku berzikir?’. Tanya Ali. RasuluLlah bersabda, ’dengarkan apa yang aku ucapkan. Aku akan mengucapkannya sebanyak tiga kali dan aku akan mendengarkan engkau mengulanginya sebanyak tiga kali pula’. Lalu RasuluLlah berkata, “Laa ilaaha illallah” sebanyak tiga kali dengan mata terpejam dan suara kjeras. Ucapan tersebut di ulang oleh Ali dengan cara yang sama RasuluLlah lakukan. Inilah asal talqin kalimat Laa ilaaha Illallah. Semoga Allah memberikan taufiknya kepada kita dengan kalimat tersebut”.

Syaikh Abdul Qadir berkata, ”Kalimat tauhid akan sulit hadir pasda seorang individu yang belum di talqin dengan zikir bersilsilah kepada RasulluLlah oleh Mursyidnya saat menghadapi sakaratil maut”.

Karena itulah Syaikh Abdul Qadir selalu mengulang-ulang syair yang berbunyi : Wahai yang enak diulang dan diucapkan (kalimat tauhid) jangan engkau lupakan aku saat perpisahan (maut).

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani

 

AMALAN MULIA DI BULAN SYA`BAN

Tiga Bulan yang Mulia  Amalan Bulan Sya'ban

 

Beberapa hadis Rasulullah Muhammad SAWW:

“Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulannya umatku. Siapa yang berpuasa satu hari di bulan Rajab, Allah akan memberinya surga dan dia akan dijauhkan dari kemarahan Allah, dan akan ditutup baginya pintu neraka.”

 

“Sesungguhnya Sya’ban adalah bulanku, siapa yang berpuasa sehari dalam bulan itu, maka surga baginya.”

 

“Siapa yang berpuasa di bulan Sya’ban karena cinta pada Rasulullah dan taqarrub ilal-Lah (keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah), dan keinginan untuk mendekatkan diri pada kemuliaan bulan ini, pada hari akhir nanti, dia akan dikaruniai surga.”

 

hikmah dari seruan Rasul adalah agar kita berpuasa (dan melakukan berbagai amalan) pada dua bulan menjelang Ramadhan ini adalah untuk mempersiapkan jiwa manusia ketika bertemu dengan bulan Ramadhan. Bila kita sudah ‘latihan’ secara maksimal di dua bulan sebelumnya, insya Allah, kita akan menjalani bulan Ramadhan dengan stamina fisik dan ruh yang prima.

 

Berikut disarikan beberapa amalan bulan Sya’ban dari kitab Mafatihul Jinan (Kunci-Kunci Surga)-- ini yang saya tulis tidak lengkap, saya pilih yang rada enteng2 aja.

 

1.   Setiap hari mengucapkan istighfar sebanyak 70 kali (astaghfirullaahal-ladzi laa ilaaha illal-Lah, huwar-rahmaanur-rahiim, al hayyul-qayyum, wa atuubu ilaih).

2.   Setiap hari Kamis di bulan Sya’ban: sholat dua rakaat, tiap rakaat baca Al Fatihah dan 100 kali Al-Ikhlas. Selesai salam, baca sholawat (Allhumma sholli alaa Muhammad wa aali Muhammad) sebanyak 100 kali.

3.   Pahala: Allah akan mengabulkan hajat (permohonan/doa) kita dan akan mengabulkan puasa yang kita lakukan di bulan Sya’ban ini.

4.   Puasa 3 hari dalam bulan Sya'ban dan di malam harinya (setelah siangnya berpuasa) sholat sunnah sebanyak 11 rakaat (kayak sholat tahajud, 5 kali sholat--masing2 dua rokaat, ditambah satu rokaat witir), masing-masing baca Al Fatihah 1 kali dan Al Ikhlas 11 kali. Hari yang paling afdhal untuk puasa: hari pertama dan ketiga di bulan Sya’ban.

5.   Malam ke-13: disunnahkan untuk sholat dua rokaat, masing2 baca Al Fatihah dan surat Yasin, Al Mulk, Al Ikhlas (kalau tidak hapal, ya kita sholat sambil pegang Quran atau letakkan Quran di atas meja di samping kita).

6.   Malam ke-14: sholat yg no. 6 di atas dilakukan 2 kali (jadi keseluruhan ada 4 rokaat)

7.   Malam ke-15: sholat yg no. 6 di atas dilakukan 3 kali (jadi keseluruhan ada 3 rokaat)

8.   Barangsiapa yang melakukan amalan ini (no. 6,7,8), dia akan memperoleh keutamaan dari ketiga bulan mulia itu (jadi, ini amalan untuk bulan Rajab-Sya’ban-Ramadhan) dan Allah akan mengampuni seluruh dosanya kecuali dosa syirik/menyekutukan Tuhan

9.   Sore hari ke-14 (berarti, menyambut malam ke-15), disunnahkan mandi (kayak mandi wajib itu loh, rambut juga dicuci), lalu sepanjang malam disunnahkan untuk sholat sunnah, baca Quran, dan zikir.

10.  Salah satu zikir yang dianjurkan untuk dibaca pada malam ke-15: subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, wal-Lahu akbar (sebanyak 100 kali)

 

Catatan: ini kan amalan sunnah, jadi, bisa dilakukan semampu kita. Misalnya, amalan no.6, kalau terasa berat, ya sudah, baca Al Ikhlas aja. Soal pahala biarlah urusan Allah. Yang jelas niatkan untuk mendekatkan diri pada Allah dan Rasul-Nya, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal ibadah kita. Yang penting, kita sudah berusaha menyiapkan mental dan fisik untuk menjalani bulan Ramadhan.

 

Diterjemahkan dari Buku Mafaatihul Jinan, terbitan Beirut thn 1998, karya Syeikh Abbas Qummi (1290-1349 H).

 

Selasa, Mei 08, 2012

Perkembangan Islam Abad Modern

Perkembangan Islam Pada Abad Moderen

clip_image001

Perkembangan Islam pada masa Modern

Perkembangan Islam pada Masa Modern

Periode modern dimulai pada tahun 1800 M hingga sekarang. Periode ini adalah zaman pengupayaan kebangkitan umat Islam dari kemunduran berpikir, berbudaya dan nilai-nilai. Atas dikuasainya Mesir oleh Prancis membuat umat Islam sadar bahwa selama ini mereka telah mengalamikelemahandan kemunduran.
Peradaban Islam yang maju hanya sebagai sejarah masa lalu. Umat Islam terkejut bahwa dunia Barat memiliki peradaban modern yang lebih canggih. Karena hal ini maka umat Islam dalam kondisi terancam. Kesadaran ini pun memunculkan keprihatinanpara pemuka dan penguasa Islam. Mereka memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Maka dari itu, timbullah ide-ide pembaruan dalam Islam. Pada tahun 1901 Inggris datang dan bertempur deengan Prancis. Prancis mengalami kekalahan. Tentara mereka meninggalkan Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801.

Peristiwa-Peristiwa penting dan Tokoh-Tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan Islam pada Masa Modern

1. Pembaharuan di Mesir
a. Muhammad Ali Pasha

clip_image003

Muhammad Ali pasya

Ia lahir di Kawalla Yunani pada tahun 1765 M dibesarkan d Turki. Muhammad Ali Pasha berhasil mengusir bangsa Prancis tahun 1801 M. Pada tahun 1805 dia di akui oleh pemerintahan Turki Usmani untuk menjadi pemimpin. Di antara ide-ide pembaruannya :
1) Mendirikan lembaga pendidikan
• Sekolah Militer (1815 M).
• Sekolah Teknik (1816 M).
• Sekolah Kedokteran (1827 M).
• Sekolah Apoteker (1829 M).
• Sekolah Pertambangan (1834 M).
• Sekolah Pertanian (1836 M).
• Sekolah Penerjemahan (1836 M).
2) Mendatangkan guru – guru dari Eropa dan mengirim siswa – siswa untuk belajar di Eropa ± 311 orang pelajar Mesir dikirim ke Italia.
b. Al Tahtawi

clip_image005

Fira’ah Badawi Al-tahtahwi

Nama lengkapnya adalah Fira’ah Badawi Al-tahtahwi ia lahir pada tahun 1981 di tahta . Ia adalah seorang pembaru yang berpengaruh al-tahtahwi mengikuti jejak Muhammad Ali Pasha dalam mengenalkan sesuatu ang dianggap tabu bagi masyarakat muslim .Ketika berumur 16 tahun ia pergi ke Kairo untuk belajar di Al-Azharia menyelesaikan studynya pada tahun 1822 M.
Pada tahun 1824 mahesi dia diangkat sebagai imam tentara dua tahun kemudian ia di angkat sebagai imam mahasiswa yang dikirim ke Paris . Di paris ia tinggal selama 5 tahun . Di Paris ia segera menguasai bahasa setempat dan menerjemahkan 12 buah buku dan risalah ke dalam bahasa perancis ,buku – bukuitu : Alexander Macedonia ,bukupertambangan , teknik , HAM , kesehatan , dansebagainya .
Pada tahun 1870 M Tahtahwi mendirikan majalah Raudlatul Madaris yang bertujuan untuk mengenalkan dan menyebarkan ilmu – ilmu pengetahuan modern . Majalah ini memuat beberapa artikel tentang sastra Arab, Ilmu falak ,ilmu bumi , Akhlak , tumbuh – tumbuhan , ilmu pasti , dan lain – lain . Ia pun menulis buku Takhlis al Ibriz Bariz .
Dalam bukunya ini ia menulis bagaimana system pemerintahan Perancis dan revolusinya pada tahun 1789 .Konsep – konsep yang ada di alam pikirannya adalah konsep yang sangat baru dalam dunia Islam .Ia mengenalkan arti nasionalisme .Kesejahteraan dunia dalam pandangannya adalah sesuai dengan keseejarteraan yang ada di Eropa .Ia wafat pada tahun 1873 M di Kairo .
c. Jamaluddin al Afghani

clip_image007

Jamaluddin al Afghani

Ia lahir di Afganistan pada tahun 1839 .Aktifitasnya berpindah – pindah dari negeri satu ke negeri yang lain. Pada saat berusia 22 tahun ia menjadi pembantu pangeran Dost Muhammad Khan Afganistan .Padatahun 1864 M ia menjadi penasihat Ser Ali Khan . Ia pernah diaangkat menjadi perdana meenteri oleh A’zham Khan .
Pada tahun 1869 M Ia pindah ke India . Al Afgani mendirikan Al uruwah Al Wusqo dengan tujuan untuk memperkuat rasa persaudaran islam dan membawa islam kepada kemajuan . Munurut Jamaluddin al Afgani agama islam sesuai dengan segala bangsa dan perkembangan zaman . Kalau terjadi kemunduran bukaan karena ajaran islam tetapi karena umat islaam itu sendiri meninggalkan ajaran agamanya , untuk itu kembalilah ke ajaran Islam yang murni berdasarkan alQuran dan Hadist . ia wafat tahun 1897 M .
d. Muhammad Abduh

clip_image008

Muhammad Abduh

Muhammad Abduh lahir di Mesir. Menurut keterangan beberapa orang Muhammad Abduh lahir pada tahun 1849 M. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairilla. Ia berasal dari Turki kemudian pindah ke Mesir.
Ibunya berasal dari kalangan Arab yang silsilahnya sampai pada Umar bin Khattab. Ia mendapatkan pendidikan tinggi di Universitas al Azhar pada tahun 1866 M. Pada tahun 1877 M Abduh selesai belajar di Mesir. Kemudian ia menjadi tenaga pengajar di almamaternya tersebut. Di antara bahan ajarnya adalah buku-buku Ibnu Misykawaih tentang akhlak dan buku Ibnu Khaldun yang berjudul Muqaddimah.
Pada tahun 1880 M ia di angkat menjadi redaktur surat kabar al Waqa’i Misriyyah. Pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh sangat memengaruhi umat Islam kala itu. Ide-idenya banyak di tuangkan dalam beberapa karya tulis murid-muridnya, di antaranya Muhammad Rasyid Rida yang menulis majalah al Manar dan tafsir al Manar, Qasim Amin dalam buku Tahrir al Mar’ah, Faridl Wadj dalam buku Dairah al Ma’arif, dan tulisan-tulisan syekh Tanthawi Jauhari dalam at Taj al Murassa’ bi Jawahir al Qur’an wa al ‘Umlum, Muhammad Husaid Haekal dalam bukunya Hayah Muhammad, Abu Bakar, dan sebagainya. Adapula tulisan Abbas Mahmud al Akkad, Ibrahim A.Kadir al Mazin Musthafa Abd Raziq, Ali Abd Raziq dan Sa’ad Zaglul.

e. Rasyid Ridha

clip_image009

Rasyid Ridha

Lahir pada tahun 1865 M di Libanon. Ia masih keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad saw. Ia memiliki gelar sayyid. Semasa kecil ia memperoleh pendidikan di madrasah tradisional al Qalamun. Tahun 1882 ia meneruskan pelajaran di madrasah al Wathaniyah al Islamiyah (Sekolah Nasional Islam) Tripoli.
Rasyid Ridha adalah murid kesayangan Muhammad Abduh. Ide-ide pemikirannya adalah panjang tangan dari gurunya. Melalui majalah al Manar, ia tuliskan semua ide-ide pemikirannya. Rasyid Rida menafsirkan Alquran dengan gaya modern. Rasyid Rida tidak menyukai gerakan nasionalisme Mesir. Ia juga tidak setuju dengan gerakan muda Turki. Ia menganggap gerakan nasionalisme bertentangan dengan ajaran persaudaraan Islam.
f. Sa’ad Zaghlul

clip_image010

Sa'ad Zaghlul

Sa’ad Zaghlul adalah seorang murid Muhammad Abduh. Zaghlul dianggap sebagai pemimpin nasional .Ia berhasil memperjuangkan kemerdekaan Mesir .Zaghlul memperjuangkan tanah air karena sikap nasionalismenya. Zaghul menyatakan bahwa nasionalisme akan bangkit dengan melalui pendidikan yang baik.
Untuk itu , pembaruan dalam sistem pendidikan harus dicanangkan . Pendidikan harus terbuka untuk siapapun . Ketika ia memimpin Mesir ia memperbanyak sekolah . Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di setiap sekolah . ia mendirikan perguruan Tinggi Hakim Agama .
Pemerintahannya ingin mewujudkan kesejahteraan bagi setiap golongan dan ingin menciptakan keharmonisasi umat Islam , Yahudi dan Kristen . Dalam pandangannya nasionalisme harus menghilangkan perbedaan agama .
g. Ali Abd Raziq

clip_image011

Ali Abd Raziq

Ia seorang intelek yang memiliki pengalaman belajar di luar negeri . Setelah lulus dari Al Azhar ia meneruskan studinya di Universitas Oxford . Ali menyatakan bahwa sistem pemerintahan dalam Islam tidak pernah disinggung oleh al Quran dan Hadits .
Dalam bukunya yang berjudul al Islam wa Usul al Hakim , ia menegaskan bahwa Islam tidak pernah menentukan bentuk negara . Rosulullah hanya memiliki tugas kerosulan dan misi beliau bukan membentuk negara .
Sistem negara tidak terkait dengan agama , tetapi terkait dengan masalah duniawi . Oleh karenanya hal ini hanya diserahkan kepada akal manusia namun pendapatnya itu mendapatkan keritik pedas dari sebagian besar kaum muslimin . Salah satu diantaranya adalah Rasyid Rida .
h. Ahmad Luthfi as Sayyid

clip_image012

Ahmad Luthfi as Sayyid

Ia berasal dari daerah pedesaan di Mesir. Ia mendapatkan pendidikan di Perguruan Tinggi Hukum pada tahun 1889 M . Ia termasuk salah seorang murid Muhammad Abduh . Bacaan faforitnya adalah filsafat Barat .
Karena bacaan ini , ia memiliki paradigma berpikir bahwa kebebasan berpikir adalah kebebasan hidup , sedangkan kebebasan hidup tidak terwujud pada bangsa yang terjajah . Menurutnya negara idaman adalah negara Liberal dan kemerdekaan individu memiliki hubungan yang erat dengan kebebasan negara karena di dalam negara yang dijajah tidak ada kemerdekan .
i. Thaha Husain

clip_image013

Thaha Husain

Ia adalah seorang dari anak petani . Ia mengenyam pendidikan tinggkat tinggi di Al Azhar . Setelah tamat dari al Azhar ia melanjutkan studinya di Paris . Pada tahun 1919 M ia mengajar di Universitas Kairo dan Universitas Alexandria . Ia pun sempat menjadi menteri pendidikan Mesir . Thaha Husain menganut faham Nasionalisme Mesir .
Ia menganjurkan agar Islam di ajarkan disekolah - sekolah Nasional . Ia tidak melepaskan diri dari ikatan agama , tetapi ia juga sangat menekankan pengetahuan umum modern , seperti pendidikan di negara – negara Barat .
2.Pembaruan di Turki
a.Sultan Mahmud II (al Fatih)

clip_image014

Sultan Mahmud II (al Fatih)

Ia lahir pada tahun 1785 M. Ia di angkat menjadi Sultan pada tahun 1807 M. Pada awal pemerintahannya Turki berperang melawan Rusia. Peperangan tersebut baru selesai pada tahun 1912 M. Ia tidak menyukai dengasn tradisi.
Dalam bidang hukum, ia menghapus hukuman mati. Ia juga menghilangkan peraturan yang menyita harta orang yang di buang atau di usir karena melakukan perbuatan asusila. Ia menetapkan sistem pemerintahan Turki Usmani terbagi dalam dua bagian. Sebagai penguasa duniawi ia memakai gelar sultan, sedangkan sebagai penguasa rohani ia memakai gelar khalifah.
Dalam bidang pendidikan ia menetapkan untuk memasukkan pendidikan-pendidikan modern. Ia juga mendirikan sekolah militer, teknik, kedokteran, dan pembedahan. Bahasa yang di pakai dalam kedokteran adalah bahasa Perancis. Ia pun mengirimkan siswa-siswa Turki ke berbagai negaa Eropa untuk menuntut ilmu.


b.Tanzimat
Tanzimat adalah usaha lanjutan dari pembaruan yg telah dilakukam Sultan Muhammad II. Tanzimat secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang artinya mengatur, menyusun, atau memperbaiki. Menyusun, memperbaiki atau mengatur adalah perubahan yang dilakukan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berada di Kerajaan Turki Usmani.
Gerakan Tanzimat di pelopori oleh Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami’, dan Mehmed Sadik Rifat Pasya. Pada suatu kesempatan Sadik Rifat mengemukakan pendapatnya. Ia menyatakan bahwa peradaban dan kemajuan Eropa dapat terwujud karenasuasana damai dan memiliki hubungan yang erat antarnegara Eropa.Pemikiran Sadik Rifat mendapat penyesuaian dengan Menteri Luar Negeri Turki, Musytafa Rasyid Pasya.
Karena kedua pemikiran inilah kemudian di buat undang-undang pada tahun 1839, Sultan Abdul Majid mengeluarkan Piagam Gulhane yang berisi tentang :
1.    Terjaminnya ketentraman hidup, harta dan kehormatan warga negara.
2.    Peraturan mengenai pemungutan pajak
3.    Peraturan mengenai kewajiban dan lamanya dinas militer
Pada tahun 1840 M terbuatlah hukum pidan. Adapun pada tahun 1850 M terbentuk hukum dagang. Pada tahun 1847 M berdiri mahkamah-mahkamah yang mengurusi urusan pidana dan sipil. Kemudian berdiri Bank Usmani pada tahun 1840 M. Pada tahun 1856 M terbentuk lagi piagam kedua yang bernama Hatti Humayun yang berisi :
a.    Sikap toleransi antarumat beragama
b.    Sistem pendidikan
c.    Sistem kehidupan sosial
d.    Kebebasan beragama dan mengeluarkan pendapat
e.    Kesetaraan
f.    Pengadaan anggaran belanja negara
g.    Pembukuan bank-bank asing
h.    Pemasukan kapital Eropa ke Kerajaan  Usmani
i.    Pengadan undang-undang dagang
j.    Penghapusan hukum bunuh terhadap orang yang murtad
k.    Diperbolehkannya memasukkan orang nonmuslim dalam dewan Hukum
Pada tahun 1867 M terbentuknya undang-undang tentang hak memiliki tanah di Kerajaan Usmani bagi orang asing. Pada tahun 1868 M berdiri sekolah Galatasaray. Zaman Tanzimat berakhir setelah wafatnya Ali Pasya pada tahun 1871 M.
c.Usmani Muda
Usmani Muda adalah golongan yang menggerakan pembaruan setelah Tanzimat. Mereka adalah kelompok yang berdiri pada tahun 1865 M. Tujuan gerakan ini adalah untuk mengubah pemerintahan Kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitusional. Pada awalnya gerakan mereka adalah rahasia. Namun, pada tahun 1867 M gerakan mereka terbongkar oleh pemerintah yang tidak suka. Mereka lari ke Eropa dan memperkuat barisan.
Salah seorang di antara pemimpin Usman muda adalah Ziya Pasya. Menurutnya Turki termasuk negara Eropa. Selain Ziya Pasya ada lagi tokoh yang menentukan gerakan pembaruan. Ia adalah Namik Kemal. Ia lahir tahun 1840 M. Menurut pendapatnya, Kerajaan Usmani mundur disebabkan oleh kedaan politik dan ekonomi yang tidak beres. Ide-ide Namik Kemal dijadikan pedoman bagi penyusun Undang-Undang Dasar 1876 M kerajaan Usmani.
Pada tahun 1876 terjadi pemerosotan ekonomi pada Turki. Kala itu yang menjadi sultan adalah Sultan Aziz. Ia dijatuhkan atas dasar fatwa Syekh al Islam Kerajaan Usmani. Kedudukan sultan digantikan oleh Sultan Murad V.
Namik kemal dan beberapa orang dari Usmani Muda diangkat menjadi menteri , menjadi sultan , ia dikatakan terkena penyakit jiwa . Oleh karena itu , pada 31 agustus 1876 ia langsung digantikan oleh saudaranya Sultan Hamid , sedangkan Midhat Pasya diangkat menjadi perdana menteri . Mereka berdua menjadikan Turki sebagai kerajaan konstitusi .
Konstitusi mereka tercermin dalam undang – undang yang terbuat pada tanggal 23 desember 1876 . Hal pasal 3 , yang bunyinya “kedaulatan terletak pada tangan sultan .” pada pasal 4 dikatakan bahwa sultan memiliki sifat suci dan tidak bertanggung jawab pada perbuatannya . Adapun ha – hak sultan terdiri dari :
1.    Mengangkat dan memberhentikan menteri – menteri
2.    Mengadakan perjanjian internasional
3.    Mengumumkan perang
4.    Mengadakan perdamaian dengan negara – negara lain
5.    Membubarkan parlemen
Pada pasal 54 rencana undang – undang yang baru dapat menjadi undang – undang yang sah apabila telah disetujui oleh sultan . Pembaharuan – pembaharuan yang terjadi pada masa Sultan Hamid , di antaranya :
1.    Pada tahun 1878 M didirikan perguruan – perguruan tinggi dan seklah tinggi .
2.    Pada tahun 1878 M didirikan sekolah tinggi keuangan
3.    Pada tahun 1879 M didirikan sekolah tinggi kesenian
4.    Pada tahun 1882 M didirikan sekolah tinggi dagang
5.    Pada tahun 1888 M didirikan sekolah tinggi teknik
6.    Pada tahun 1889 M didirikan sekolah tinggi polisi
7.    Pada tahun 1900 M didirikan Universitas Istambul
8.    Ia juga mendirikan mahkamah nonagama
9.    Membentuk kementerian kehakiman
10.    Hubungan darat , pos , dan telegraf ia tingkatkan
11.    Menambah panjang jalur kereta api
d.Turki Muda
Semenjak gerakan Usmani Muda lenyap Sultan Hamid semakin otoriter . Ia membubarkan parlemen . Dalam situasi demikian timbul golongan oposisi . Mereka berasal dari kalangan mahasiswa , para dosen , dan militer . Mereka bergerak secara rahasia . Mereka menamakan dirinya sebagai Turki Muda . Mereka dipimpin oleh Ahmed Riza (1859) , Mehmed Murad (1853) , dan pangeran Sabahuddin (1877) .
Usaha yang pertama kali dilakukan oleh gerakan ini adalah mengajak sultan Hamid untuk mengubah sikap politik dan memaksimalkan konstitusi .
Pada tahun 1909 Enver Pasya dengan batalyon II masuj ke istambul dan merampas kekuasaan . Sultan Hamid dijatuhan dan digantikan saudaranya , Sultan Mehmed V dan pada tahun 1912 diadakan pemilihan umum baru . Pemennang pemilu ini adalah Partai perkumpulan persatuan dan kemajuan (ittihad ve Terekki ) Mereka dipimpin oleh tiga serangkai : Enver Pasya , talat Pasya , dan jemal Pasya .
Selanjutnya , partai ini memberikan pencerahan yang baik bagi pembaharuan di Turki . Mereka membawa kemajuuan dalam bdang administras , transportasi , keamanan ekonomi , pendidikan , dan sosial .
e.Mustafa kemal
Pada perang dunai I Turki mengalami kekalahan . Pemimpin meraka yang dikomandoi oleh kabinet Turki Muda : Enver Pasya , Tala Pasya , dan jemal pasya lari ke Eropa . perdana mentei diisi ooleh Ahmed Izzet.
Ia mengadakaan perdamaian dengan pihak yang menang dalam perang duniia I
Setelah berhasil mempertahankan Turki dari penjajahaan,Muustafa Kemal mendapatkan pujian dari rakyat.
Bersama dengan parapemimpin nnasionalis , Mustafa kemal mengeluarkan maklumat . Isi maklumat itu adalah sebagai berikut :
1.    Kemerdekaan tanah air dalam keadaan bahaya
2.    Pemeritah di bawah kekuasaan sekutu
3.    Rakyat harus berusaha membebaskan tanah air dari penjajahan asing
4.    Gerakan membela tanah air dikoordinir oleh pusat
5.    Peru diadakaan kongres
Dengan usaha yang terbangun oleh Mustafa kemal pada tahun 1920 M diadakan sidang Anakra . Mustafa Kemal dipilih menjadi ketua . Sidang itu menghasilkan beberapa keputusan , diaantaraanya :
1.    Kekuattan tertinggi berada di taangaan rakyat Turki
2.    Majelis nasional aguung adalah perwakilan rakyat tertinggi
3.    Majelis nasional agung memiliki
4.    Majelis negara yang anggotanya di pilih dari majelis nasional agung dan menjalankan tugas perintah
5.    Ketua majelis nasional agung merangkap jabatan ketua majelis nnegara
Pada bulan oktober 1923 M, Majelis agung nasional mengabil keputusan menjadikan Turki sebagai negara republik dan presidenya adalah Mustafa Kemal.
Pada 3 Maret 1924 M majelis memutuskan untuk menghapus jabatan khalifah dan negara republik Turki hanya memiliki satu pemimpin , yaitu presiden .
Pada tahun 1928 M Mustafa Kemal meresmikan Turki sebagai negara sekuler . Hal ini berarti bahwa mulai saat itu Turki bukan lagi sebagai negara islam . Agama dan urusan politik tidak boleh dijadikan satu .
3.Pembaruan di India
Beberapa tokoh Islam India , di antaranya:
a.Syah Abdul Aziz
Syah Abdul Aziz adalah seorang ulama terkemuka di India . Ia lahir pada tahun 1746 M dan wafat pada taun 1823 M . Syah Abdul Aziz adalah seorang ulama yang sangat memikirkan kemunduran umat islam di india.
b.Sayyid Ahmad Syahid
Sayyid Ahmad Syahid lahir di Rae Bareli pada tahun 1786 M . ia adalah murid dari Syah Abdul Aziz Khan . Ia gemar mengadakan dakwah . Menurutnya , umat Islam India mundur karena ajaran yang diamalkan mereka tidak murni .
Dengan semangat Islamnya Sayyid Ahmad Syahid bersama pengikutnya membuat gerakan untuk memberantas para pelaku bidah . Beberapa wilayah yang sempat melepaskan diri dari Mogul harus direbut kembali oleh umat Islam . Ia dan para pengikutnya melakukan perang terhadap wilayah – wilayah yang memisahkan diri dan golongan Sikh di Punjab .
Gerakan yang dilakukan Sayyid Amad Syahid dinamakan dengan gerakan Mujahidin . Namun gerakan ini segera dihancurkan bersamaan dengan dihancurkannya Kerajaan Mogul oleh Inggris .
c.Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1817 M . Ia adalah seorang sufi yang berusaha mencegah terjadinya kekerasan pada peristiwa pemberontakan terhadap kolonial Inggris . menurutnya , Islam dapat kuat kedudukannya di India hanya dengan bekerja sama dengan Inggris . Karena inggris adalah penguasa yang kuat di India , maka umat Islam tidak usah melawan , yang harus dilakukan adalah beruhasa mendekati Inggris dan belajar dari mereka .
Sayyid Ahmad Khan juga berpendapat bahwa umat Islam mundur karena tidak mengikuti perkembangan zaman .Pada tahun 1869 M Sayyid Ahmad Khan berkunjung ke Inggris . Ia mempelajari sistem pendidikan Barat . Setelah kembali ia membentuk Panitia peningkatan umat Islam .
Ia juga mebentuk panitia Dana Pembentukan Perguruan Tinggi Islam . Pada tahun 1861 M Sayyid Ahmad Khan mendirikan sekolah Inggris di Mudarabad . Pada tahun 1878 M ia juga mendirikan sekolah Muhammaden Anglo Iriental College (MAOC).
d.Sayyid Amir Ali
Sayyid Amir Ali adalah seorang yang berasal dari Khurasan , Persia . Ia lahir pada tahun 1849 M . Dahulu orang tuanya pindah dari Persia ke India untuk bekerja pada Sultan Mogul . Sayyid Amir Ali adalah seorang wakil raja Inggris dari .
Ia adalah satu – satunya wakil raja Inggris yang beragama Islam .
Ia berpendapat bahwa Islam yang diajarkan Nabi Muhammad saw tidak memberikan perintah untuk menghamba kemajuan pemikiran manusia . Oleh karena itu jika sesuatu itu baik , walaupun berasal dari Barat , maka Islam harus mengambilnya .
e.Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir pada tahun 1876 M . Pada tahun 1930 M ia terpilih menjadi Presiden Liga Muslim . Muhammad Iqbal adalah seorang filosof dan penyair . Ia berpendapat bahwa umat Islam mengajarkan dinamisme . Alquran selalu menganjurkan untuk memakai akal .
f.Muhammad Ali Jinnah
Muhammad Ali Jinnah lahir di Karachi pada tahun 1876 M . Ia adalah Presiden Liga Muslim pada tahun 1913 . kala itu ia berkeyakinan bahwa umat Islam India dapat dijamin melalui ketentuan undang – undang dalam undang – undang dasar .
Pada tahun 1949 Inggris menyerahkan kedaulatan pada dua kongre . Satu untuk India da satu untuk Pakistan . Pada tanggal 14 Agustus 1947 Dewan Konstitusi Pakistan dibuka secara resmi dan pada tangal 15 Agustus 1947 Paskistan lahir sebaga negara bagi umat Islam India.

Mengambil Ibrah dari Peristiwa Perkembangan Islam

1.Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang tidak bersifat otoriter. Pemerintahan yang memiliki nilai Islami adalah yang memerhatikan kesejahteraan rakyat dan kemajuan ilmu pengetahuan .
2.Ilmu bagi umat Islam adalah harta yang paling berharga . Oleh karena itu , umat Islam harus memiliki dan mencarinya .
3.Kebaikan tidak hanya dimiliki kaum muslimin . bangsa – bangsa Eropa yang kebanyakan nonmuslim pun memilikinya . Untuk itu , umat Islam tidak boleh menutup mata untuk belajar dari bangsa Eropa . Syaratnya , ambil yang baik dan buang yang tidak baik
4.Umat Islam sekarang harus belajar banyak dari tokoh – tokoh pembaru yang berusaha menyadarkan umat Islam dari kemundurannya .
5.    Jalani agama sesuai dengan Alquran dan Hadits.

Meneladani tokoh – tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan Islam Masa Modern.

Para tokoh – tokoh seperti Jamaluddin al Afgani , Muhammad Abduh , Mustafa Kemal , Iqbal dan yang lainnya , berusaha menyadarkan umat Islam akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi . Mereka mengantar umat Islam untuk menyadari bahwa bangsa – bangsa barat telah maju meninggalkan umat Islam.
Mereka tidak henti – hentinya mengobarkan semangat umat Islam untuk kembali pada ajaran Islam sesuai dengan nilai dan semangatnya . Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam harus diisi dengan akhlak yang baik