Sabtu, April 11, 2009

Pentingnya Teknologi dalam Pembelajaran


TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA
( Upaya Peningkatan Mutu Dalam Pembelajaran )

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi yang utama sekaligus merupakan isu sentral bagi setiap bangsa, apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan untuk itu melalui pendidikan. Mutu pendidikan banyak bergantung kepada mutu guru dalam membimbing proses belajar-mengajar.
Sejak berabad-abad orang berusaha untuk mencari jalan meningkatkan mutu metode mengajar dengan mencari prinsip-prinsip atau asas-asas didaktik. Namun demikian dianggap bahwa mengajar itu masih terlampau banyak merupakan seni yang banyak bergantung kepada bakat dan kepribadian guru.
Belajar dengan cara menyenangkan bagi siswa, kurang mendapatkan perhatian para pendidik. Sebagian besar guru mengajar dengan metode ceramah dan “menjejali” anak dengan materi pelajaran untuk mengejar target kurikulum. Akibatnya hasil pembelajaran kurang signifikan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sesuai kurikulum. Sebaiknya para tenaga pendidik mulai berbenah diri agar beberapa kompetensi guru profesional dimiliki sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Di zaman kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi sekarang ini, para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode mengajar yang ilmiah, diharapkan proses belajar mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan. Sebuah obsesi bahwa pada suatu saat, mengajar atau mendidik itu menjadi suatu teknologi yang dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya.
Teknologi pendidikan keberadaanya sudah cukup lama, yaitu di era pertengahan 1970-an. Namun sekarang masih banyak tenaga pendidik yang kurang begitu memahami apalagi menerapkannya dalam dunia pendidikan. Bahkan tidak dapat dipungkiri, masih banyak orang yang memiliki persepsi yang keliru terhadap disiplin ini. Mereka beranggapan bahwa teknologi pendidikan hanya mengenai televisi, computer atau penggantian peran guru oleh seperangkat teknologi di kelas.
Teknologi pendidikan memberikan pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan memandangnya sebagai suatu masalah yang harus dihadapi secara rasional dengan menerapkan metode pemecahan masalah. Di samping itu perkembangan teknologi pendidikan didukung oleh perkembangan yang pesat dalam media komunikasi seperti radio, televisi, video, CCTV, computer, internet dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan bagi tujuan instruksional.
Dengan mempelajari teknologi pendidikan, guru akan memilki pegangan yang lebih mantap dan pedoman yang lebih dapat dipercaya untuk memberi pengajaran yang efektif. Sikap ilmiah terhadap proses belajar mengajar akan memberi sikap yang lebih kritis terhadap cara mengajar dan mendorong untuk mencari cara yang lebih menjamin keberhasilannya.
Dengan mendalami teknologi pendidikan, guru dapat meningkatkan profesinya sebagai guru dan meningkatkan keguruan menjadi suatu profesi dalam arti yang sebenarnya. Setelah mendalami diharapkan guru mampu menerapkannya dalam pembelajaran karena memiliki nilai yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fakta dan data di atas, muncul pertanyaan mendasar menyangkut posisi pentingnya teknologi pendidikan (pengajaran) dalam pembelajaran. Untuk menjawab persoalan tersebut, paper ini mencoba menghadirkan penerapan teknologi pendidikan sebagai langkah peningkatan mutu pembelajaran. Adapun masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apa landasan falsafah dan teori teknologi pendidikan ?
2. Mengapa penerapan teknologi pendidikan mempunyai nilai penting dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran ?

B. PEMBAHASAN
1. Landasan Falsafah dan Teori Teknologi Pendidikan
a. Pengertian
Ada beberapa pendapat tentang apa yang dimaksud dengan teknologi pendidikian. Istilah yang digunakan dalam bahasa Inggris adalah instructional technology atau educational technology. Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian , keterampilan ,m ilmu. Jadi teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai pegangan atau pelaksanaan pendidikan secara sistematis, menurut sistem tertentu.
Norman Beswick sebagaimana dikutip Nasution menjelaskan bahwa instructional technology means the media born of the communications revolutionwhich can be used for instructionalpurpose alongside the teacher, the book, and the blackboard. Yang lebih diutamakan adalah media komunikasi yang berkembang secara pesat sekali yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Alat-alat teknologi ini lazim disebut ‘hardware” antara lain berupa TV, radio, internet, LCD, dal lainya.
Senada dengan Ivor K. Davis, teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan perangat keras (hardware approach) yang menekankan pentingnya alat bantu mengajar. Hubungan yang ada antara perkembangan perangkat keras (hardware) dengan perkembangan teknologi pendidikan, proses mengajar secara berangsur-angsur telah dimekanisasikan melalui penggunaan alat-alat bantu mengajar yang semakin meningkat. Konsep ini pada dasarnya juga merupakan pendekatan perangkat lunak (software approach) dan menunjuk kepada aplikasi prinsip-prinsip belajar untuk pembentukan tingkah laku yang langsung dan disengaja. Bahkan Deterline berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematis guna keperluan pembelajaran.
Di lain pihak ada pendapat bahwa teknologi pendidikan adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. Dilihat dari pengertian tersebut, teknologi pendidikan mengandung empat komponen utama yaitu: teori dan praktik, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian, proses dan sumber, dan untuk keperluan belajar.
Ada pula yang berpendapat bahwa teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah , mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah terjelma dalam semua bentuk sumber belajar yang didesain untuk keperluan belajar, sumber-sumber belajar ini diidentifikasi sebagai pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar (lingkungan). Proses analisis masalah, penentuan cara pemecahan, pelaksanaan dan evaluasinya tercermin dalam fungsi pengembangan pendidikan dalam bentuk riset-teori, desain, produksi, evaluasi-seleksi, logistik, pemanfaatan dan penyebarluasan/pemanfaatan, proses pengarahan atau koordinasi satu atau lebih fungsi-fungsi tercermin dalam fungsi pengelolaan pendidikan yang meliputi pengelolaan organisasi dan pengelolaan personal. Hubungan antara unsur-unsur ini dalam ditunjukkan dalam model Kawasan Teknologi Pendidikan berikut ini :



Bagan 1.1.
Kawasan Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan merupakan profesi dalam bentuk usaha yang terorganisasikan untuk menerapkan teori, teknik intelektual dan penerapan praktis teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan bukan semacam audio visual aids atau alat-alat semacam computer, radio, internet, dan sebagainya. Teknologi menyangkut berbagai hal perencanaan, implementasi, dan reinovasi belajar, yaitu (1) perencanaan desain kurikulum untuk alat belajar, (2) perencanaan evaluasi kurikulum sebagai alat untuk menilai tujuan dan program pengajaran, (3) perencanaan analisis pengalaman-pengalaman belajar, (4) implementasi program dan reinovasi belajar dalam situasi yang nyata. Karena teknologi pendidikan menyangkut segi teoretis dan praktis maka bersifat rasional, mempergunakan problem solving approach terhadap pendidikan, skeptis dan sistematis dalam cara berpikir tentang belajar mengajar.
Ternyata teknologi pendidikan sangatlah luas, pengertiannya tidak terbatas pada pengembangan sistem instruksional, identifikasi sumber-sumber yang ada, penyajian sumber-sumber untuk siswa, dan pengelolaan prosesnya tetapi juga mencakup orang-orang yang terlibat di dalamnya. Teknologi pendidikan menjelajahi dan mengembangkan penggunaan teknologi itu untuk belajar efektif dan efisien. Pendekatan teknologi pendidikan diarahkan kepada penggunaan sumber-sumber untuk belajar. Oleh karena itu teknologi pendidikan bukanlah suatu bidang studi yang sempit; merupakan pusat suatu perubahan dalam lapangan pendidikan yang luas.
Definisi teknologi pendidikan itu mencakup penjelajahan yang mendetail dari keunikan dan motivasi mata pelajaran, deskripsi pekerjaan yang harus dilakukan orang, analisis tentang isi bidang studi dan metode penelitian (penemuan) yang dipergunakan oleh para pekerja lapangan, diskusi tentang konteks sosial dan profesional serta pengujian terhadap kriteria evaluatif yang dapat mengukur dan mengarahkan lingkungan hidup bidang studi ini.
Reese Parker menyatakan bahwa teknologi pendidikan itu lengkap (comprehensive), sebab :
1) Teknologi pendidikan merupakan gabungan dari berbagai bidang studi.
2) Teknologi pendidikan menekankan analisis tujuan, menguji berbagai alternatif, mencocokkan strategi dengan kebutuhan masyarakat.
3) Teknologi pendidikan merupakan gudang alat-alat.
4) Teknologi pendidikan dapat menjelaskan kesalahpahaman (misconception) pendapat atau sikap.
Konsep teknologi pendidikan sekarang ini sudah berkembang sedikitnya melalui tiga paradigm. Paradigm pertama bertolak dari pendekatan kawasan teknologi pendidikan (bagan 1.1.). Paradigma kedua bertolak dari pendekatan system dan teori komunikasi dalam kegiatan pendidikan. Paradigm ketiga bertolak dari pendekatan manajemen proses instruksional di mana unsure-unsur yang mempunyai fungsi yang berbeda dijalin secara integral. Paradigm keempat bertolak dari pendekatan ilmu perilaku, yaitu dengan memfokuskan perhatian kepada diri si belajar agar mereka itu dapat dimungkinkan belajar secara efektif dan efisien. Kemungkinan ini tercapai melalui suatu proses komplek dan terpadu serta dirancang dan dilaksanakan secara cermat.
Molenda (1988) mengajukan paradigma baru atau paradigm kelima, yaitu bertolak dari pendekatan estetika, efisiensi dan lingkungan. Dengan pendekatan ini disyaratkan agar proses maupun produk teknologi pendidikan bersifat anggun (elegan), efisien dalam arti waktu, tenaga, dan dana, serta akrab dan serasi dengan kebutuhan dan lingkungan.
Berdasarkan perkembangan paradigma tersebut dapat dirumuskan gagasan dasar atau falsafah teknologi pendidikan, yaitu agar setiap pribadi dapat berkembang semaksimal mungkin dengan jalan memanfaatkan segala macam sumber belajar yang ada maupun yang perlu dikembangkan sedemikian rupa hingga tercapai efisiensi dan keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan.

b. Ciri-ciri dan Pendekatan Teknologi Pendidikan
Tujuan teknologi pendidikan adalah untuk meringankan (to facilitate) dan memperbaiki kualitas belajar. Keunikan teknologi pendidikan terletak pada penggunaan pendekatan filosofis dan praktis dengan tiga ciri utamanya, yakni:
1) Penggunaan atau pengembangan sumber-sumber belajar secara luas.
Pada permulaan tahun 1920, telah terjadi perluasan teknologi komunikasi di sekolah melalui pengajaran visual dengan menggunakan fotografi dan film sebagai alat bantu pengajaran realitas. Dari sinilah lahir secara popular pengajaran audiovisual sebagai langkah pembaharuan sehingga didirikanlah lembaga Pusat Audiovisual. Pembaharuan ini memperluas konsepsi penggunaan sumber-sumber material dan pengalaman di luar sekolah seperti museum, balai perdagangan, sistem transportasi, orang, tanam-tanaman, lembaga pemerintah, toko, dan sebagainya sebagai sumber belajar. Dampak pembaharuan ini terciptalah suatu falsafah dan jenis-jenis kegiatan teknologi pendidikan, yaitu penggunaan sumber-sumber belajar di masyarakat dan di sekolah untuk maksud mempermudah dalam belajar.
2). Penekanan pada belajar individual dan belajar personal.
Belajar cenderung untuk memberi tekanan pada konsepsi bahwa mengajar yang baik akan menumbuhkan belajar yang baik. Good teacher for good learning. Ada dua jenis tujuan belajar, yaitu tujuan proses dan belajar isi (learning process and learning content). Teknologi pendidikan tidak hanya memberi tekanan pada sumber-sumber belajar, tetapi juga pada penambahan jenis-jenis variasi belajar sebagai akibat dari penggunaan sumber-sumber belajar yang bertalian dengan indivuidualisasi dan petrsonalisasi pengajaran.
3). Penggunaan pendekatan sistem
Metode ilmiah dan eksperimental yang dipraktikkan dalam cara-cara yang bersifat instruksi dan komprehensif untuk perencanaan tugas pengajaran atau program yang lengkap. Proses ini popular disebut sebagai sistem desain
atau sistem approach to instructional development. Dalam system ini terdapat tiga aspek penting, yaitu penggunaan tujuan sebagai dasar bertindak, pengumpulan data untuk evaluasi sistem, dan feed back untuk memperbaiki sistem.
Rowntree berpendapat ada empat fase pendekatan teknologi pendidikan:
1). Identifikasi tujuan,
2). Penyusunan desain pengalaman belajar,
3). Evaluasi keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan belajar,
4). Perbaikan pengalaman belajar berdasarkan evaluasi yanag telah dilakukan terhadap program untuk pencapaian tujuan yang lebih baik.


Bagan 1.2.
Fase-fase Pendekatan Teknologi

c. Dasar Pikiran Teknologi Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah mengubah anak, yaitu caranya berpikir merasa, berbuat, jadi mengubah kelakuan. Sudah selayaknya pendidik maupun anak didik harus mengetahui apa yang hendak dicapai dari tujuan pendidikan. Adanya tujuan yang jelas sekaligus memberikan ukuran tentang keberhasilan pelajaran. Dengan pendekatan teknologi pendidikan dapat menggunakan metode ilmiah untuk menguji-cobakan hipotesis-hipotesis tentang cara yang paling efektif guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Dalam garis besarnya, langkah-langkah yang diikuti dalam metode teknologi pendidikan adalah:
1) Merumuskan tujuan yang jelas yang harus dicapai yang dapat dipandang sebagai masalah.
2) Menyajikan pelajaran menurut cara yang dianggap serasi yang kita pandang sebagai “hipotesis” yang perlu dites.
3) Menilai hasil pelajaran untuk menguji hipotesis itu.
4) Mencari perbaikan andaikan hasilnya belum memenuhi syarat atau standar yang ditentukan.
Prosedur tersebut bisa kita gambarkan dalam bagan 1.3.
Para tenaga pendidikan berusaha mencapai hasil sesuai dengan tujuan pelajaran yang ditentukan dengan cara penyajian yang paling serasi berdasarkan metode mata pelajaran, asas-asas didaktik serta pengalaman sebagai guru dan kemudian menilai hasil belajar siswa sebagai petunjuk tentang efektivitasnya mengajar. Bila hasilnya belum seusai standar, perlu diteliti sebab-sebabnya terutama kesalahan-kesalahan anak sebagai titik tolak kea rah perbaikan kemudian mencoba cara lain untuk membantu siswa memahami materi yang diajarkan.
Teknologi pendidikan mengharuskan guru merumuskan tujuan yang jelas, memikirkan metode yang dianggapnya lebih efektif untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Tujuan yang jelas merupakan pegangan untuk memilih metode yang tepat. Banyak guru yang masuk kelas tanpa mengetahui dengan jelas apa yang ingin dicapainya dalam pelajaran tersebut.
Selanjutnya teknologi pendidikan menuntut agar diadakan penilaian yang segera tentang apa yang telah dipelajari. Sebagian guru melakukan penilaian hanya beberapa kali dalam satu semester dalam bentuk ulangan. Penilaian yang dilakukan dengan segera setelah pelajaran, memberikan keterangan tentang prestasi anak dan sekaligus tentang kemampuan metode penyajian guru.
Langkah-langkah dalam teknologi pendidikan seperti digambarkan pada bagan, dapat digunakan sebagai pedoman untuk menyusun program suatu lembaga pendidikan tapi juga merencanakan suatu pelajaran bahkan untuk memecahkan suatu masalah pengajaran yang sewaktu-waktu muncul dalam kelas. Dalam menghadapi setiap masalah pembelajaran guru bisa mengambil pedoman dengan berbagai pertanyaan manyangkut: apa tujuannya, apa yang dapat dilakukan siswa, bagaimana cara mencapai tujuan, bagaimana hasilnya, bila tidak berhasil bagaimana cara memperbaikinya.



Bagan 1.3.
Langkah-langkah Teknologi Pendidikan

2. Nilai Penting Penerapan Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran
a. Peningkatan Kompetensi Guru
Mengajar dan belajar masih banyak mengandung hal-hal yang sebenarnya belum kita pahami sepenuhnya. Itulah sebabnya terdapat berbagai teori tentang belajar yang belum dapat dipadukan menjadi satu teori belajar yang uniform. Juga belum diketahui dengan pasti bagaimana merumuskan tujuan berdasarkan kompetensinya, metode mengajar yang terefktif dal lainnya. Masih belum ada keyakinan, hingga manakah kita dapat mengukur hasil mengajar khususnya tujuan pendidikan mengenai perkembangan kepribadian anak antara lain ranah afektif. Banyak lagi hal-hal dalam situasi belajar yang belum kita ketahui dengan jelas apa pengaruhnya terhadap hasil belajar, demikian pula belum mengetahui peranan perbedaan individual dalam proses belajar.
Oleh karena itulah teknologi pendidikan mendorong para pengajar untuk memandang kegiatan mengajar ini sebagai masalah dan berusaha memecahkannya secara ilmiah berdasarkan penelitian. Ini menuntut agar tiap guru sedikit banyak menjadi peneliti yang selalu kritis terhadap usahanya, berusaha mencari jalan-jalan baru untuk senantiasa meningkatkan keahlian dalam profesinya.
Teknologi tidak merupakan kunci ke arah sukses yang pasti dalam pendidikan atau pengajaran. Akan tetapi teknologi pendidikan menunjukan suatu prosedur atau metodologi yang dapat diterapkan dalam pendidikan. Teknologi pendidikan merupakan suatu teori yang mempunyai sejumlah hipotesis. Teknologi pendidikan dapat pula dipandang sebagai suatu gerakan dalam pendidikan yang diikuti oleh guru-guru yang merasakan bahwa mengajar hingga kini masih dilakukan secara sembrono, asal-asalan, tanpa dasar yang jelas, menurut selera masing-masing atau terkadang sekedar menggugurkan kewajiban. Maka teknologi pendidikan merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki metode mengajar dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah yang membuktikan keberhasilan dalam bidang-bidang lain.
Teknologi pendidikan mengajak guru untuk bersikap problematik terhadap proses belajar mengajar dan memandang tiap metode mengajar sebagai hipotesis yang harus diuji efektivitasnya. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Dengan demikian teknologi pendidikan mendorong profesi keguruan untuk berkembang menjadi suatu “science”, disamping profesi guru akan selalu mengandung aspek “seni”.
Dalam pembelajaran yang baik dalam konteks teknologi pendidikan, media atau alat pembelajaran memiliki nilai manfaat bagi guru maupun murid karena cukup efektif dan efisien dalam upaya pencapaian kompetensi yang diharapkan. Media atau alat-alat pembelajaran disebut dengan “hardware”, seperti radio, televise, laptop, internet, LCD dan lainnya baik yang bersifat sederhana maupun modern.
Dalam proses / konsep teknologi pendidikan, tugas media bukan hanya sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dan sipenerima (si anak didik), namun lebih dari itu merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
Media pembelajaran tersebut besar manfaatnya, namun bukan merupakan inti atau hakikat teknologi pendidikan dan tidak mengandung arti pendidikan. Media tersebut baru bermanfaat bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program, inilah yang disebut “software”. Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu. Di sinilah letak dan peran kecerdasan seorang guru untuk meningkatkan kompetensi profesinya dengan menimplementasikan teknologi pendidikan atau pengajaran.
Bila guru menerapkan prinsip-prinsip teknologi pendidikan secara konsekuen maka terbuka baginya jalan untuk memperbaiki dan meningkatkan kompetensinya. Ia akan memandang proses kegiatan belajar mengajar sebagai problema yang tak berkesudahan yang dihadapinya secara obyektif dan ilmiah. Dengan sikap serta usaha yang demikian, mengajar akan dapat dikembangkan dan ditingkatkan menjadi profesi dalam arti yang sebenarnya.
Kesiapan tenaga pengajar untuk melakukan perubahan, perlu diawali dengan kemauan untuk mengkritik diri sendiri, memahami kekuatan atau kelemahan dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sehingga mampu membaca dan menyadari bahwa dalam beberapa hal perlu dilakukan perubahan-perubahan sejalan dengan dilakukannya perubahan kurikulum.
Guru yang telah membuat hipotesis strategi pembelajaran kemudian mempraktikkannya maka ia akan mengetahui kelebihan dan kekurangannya yang merupakan problema ilmiah dalam pengajaran kemudian diadakan penelitian secara ilmiah pula. Teknologi pendidikan sebagai hasil penelitian dan pemikiran ilmiah tentang pendidikan menuntut seorang guru untuk bersifat terbuka, melakukan pembenahan untuk perubahan sehingga selalu ada inovasi pembelajaran agar guru memiliki visi yang luas tentang hakikat pendidikan.

b. Penerapan Teknologi Pendidikan
Apabila konsep atau pengertian teknologi pendidikan kita analisis, akan diperoleh pedoman umum aplikasi sebagai berikut:
1) Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen , rekayasa dan lain-lain secara bersistem.
2) Memecahkan belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya.
3) Digunakannya teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar.
4) Timbulnya daya lipat atau efek sinergi dimana penggabungan pendekatan dan atau unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan. Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih dari pada memecahkan masalah secara terpisah.
International Board of Standards for Training, Performance, and Instruction (IBSTPI) antara lain merumuskan kompetensi dasar bagi instruktur pengembangan sumber daya manusia (PSDM) sebagai berikut:
1) Menganalisis bahan belajar dan informasi pembelajar.
2) Mempersiapkan tempat untuk kegiatan instruksional.
3) Menentukan dan mempertahankan kredibilitas instruktur.
4) Mengelola lingkungan belajar.
5) Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi yang efektif.
6) Mendemonstrasikan keterampilan presentasi yang efektif.
7) Mendemonstrasikan keterampilan dan teknik bertanya yang efektif.
8) Merespons kebutuhan belajar dengan senantiasa mengusahakan umpan balik.
9) Memberikan penguatan dan dorongan untuk belajar.
10) Menggunakan metode instruksional dengan semestinya.
11) Menggunakan media instruksional secara efektif.
12) Mengevaluasi kinerja pembelajar.
13) Mengevaluasi pembelajaran.
14) Melaporkan hasil penilaian.

Aplikasi teknologi pendidikan yang paling mendasar dan yang secara tegas dinyatakan adalah menyediakan dan melaksanakan pemecahan masalah dalam memberikan kemungkinan belajar. Berdasarkan kerangka teoritis teknologi pendidikan, pemecahan masalah ini berbentuk sumber belajar. Sumber ini baik yang sengaja dirancang maupun yang dipilih dan kemudian dimanfaatkan merupakan produk kongkrit yang tersedia untuk berinteraksi dengan si belajar. Produk ini merupakan bukti penerapan teknologi pendidikan yang paling jelas.
Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat : (1) tutorial, pembelajaran utama diberikan, (2) latihan dan pengulangan untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya, (3) permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari; dan (5) dan sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
Fungsi-fungsi pengelolaan dan pengembangan juga bukti penerapan praktis teknologi pendidikan. Masing-masing fungsi mempunyai kegiatan dan hasil khusus yang dapat diukur dan dinilai. Dengan demikian dapat melihat seseorang yang sedang melakukan penilaian kebutuhan, memproduksi film, mangkatalogkan bahan ajaran, berinteraksi dengan si belajar, mengelola orang-orang lain dan sebagainya. Kegiatan nyata yang membuahkan hasil juga merupakan bukti bahwa teknologi telah diaplikasikan dalam pendidikan.


c. Pengaruh dalam Pendidikan
Peranan krusial teknologi pendidikan dalam pendidikan makin terasa dengan meningkatnya keragaman taraf hidup yang berarti keragaman kemampuan mengakses pendidikan yang layak dan bermutu. Melalui sinergi teknologi komunikasi terkini yang telah mengalami revolusi luar biasa dalam beberapa dekade terahir ini para pakar pendidikan memiliki harapan baru dalam memberikan akses pendidikan yang tidak hanya mudah tapi juga bermutu bagi masyarakat.
Teknologi pendidikan mempunyai dampak penting terhadap struktur organisasi lembaga yang menerapkannya. Dampak ini akan terasa dalam tiga hal, yaitu mengubah tingkat pengambilan keputusan, menciptakan pola instruksional, dan memungkinkan adanya bentuk alternatif lembaga pendidikan.
1) Tingkat Pengambilan Keputusan
Menurut pengamat Heinich (1970), aplikasi teknologi pendidikan secara langsung berpengaruh terhadap keputusan yang diambil mengenai proses khusus pendidikan. Aplikasi ini membawa dampak pada siapa yang memutuskan isi yang diajarkan; pengisian isi serta standarisasinya; kuantitas dan kualitas sumber yang disediakan; siapa yang merancang sumber belajar dan bagaimana caranya; serta siapa dan bagaimana memproduksi sumber belajar itu; siapa dan bagaimana mengevaluasi pembelajaran; siapa dan bagiamana berinteraksi dengan si belajar; siapa dan bagaimana menilai perbuatan si belajar.
Dengan standarisasi tidak berarti bahwa semua lembaga akan menawarkan pelajaran yang sama. Dengan makin banyaknya dikembangkan program pembelajaran bermedia, lembaga-lembaga pendidikan akan mempunyai banyak pilihan.
Proses pendidikan, bukan hanya yang berlangsung didalam kelas atau didalam sekolah saja melainkan yang berlangsung pada semua tingakatan (level) yaitu mulai dari proses kurikulum, perencanaan pengajaran sampai pelaksanaan interaksi dalam belajar. Apabila teknologi pendidikan hanya dianggap sebagai “alat bantu audiovisual” maka dampaknya hanya akan terasa pada tingkat pengambilan keputusan instruksional yang rendah. Ketiga tingkat pengambilan keputusan serta dampak “alat bantu audiovisual” dapat digambarkan sebagai berikut :



Bagan 1.4
Media Audiovisual pada Proses Instruksional
Dalam gambar tampak bahwa alat bantu audiovisual hanya mempengaruhi pengambilan keputusan pada tingkat pelaksanaan kelas, namun konsep teknologi pendidikan sekarang mengalami perubahan meningkat pada tingkat pengambilan keputusan instruksional pada tingkat perencanaan kurikulum.



Bagan 1.5
Media Audiovisual pada Proses Instruksional

Proses perencanaan kurikulumpun mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengambilan keputusan tertinggi, yakni penentuan kurikulum. Oleh karena itu teknologi pendidikan meskipun tidak secara langsung, juga mempengaruhi tingkat pengambilan keputusan instruksional yang tertinggi. Pengaruh itu berlangsung melalui prosedur analisis kebutuhan, analisis siswa, analisis tugas, dan perumusan tujuan instruksional.
Dengan demikian pengaruh teknologi pendidikan tidak hanya terasa pada tingkat pengambilan keputusan yang paling bawah atau pada tingkat pelaksanaan di kelas, melainkan pula pada tingkat di atasnya dan bahkan di tingkat yang tertinggi, yaitu tingkat perencanaan dan penentuan kurikulum.
2) Jenis Pola Instruksional
Berdasar konsep teknologi pendidikan, dapat diidentifikasi empat dasar pola pembelajaran yang dapat diorganisasikan. Pola tersebut adalah pola tradisional, guru dengan “alat bantu audiovisual”, pemanfaatan sistem instruksionl yang lengkap, dan penggunaan sistem instruksional lengkap.
Bila dibuat bagan, maka pola-pola yang dimaksud sebagai berikut:


Bagan 1.6
Pembelajaran Tradisional (Morris, 1963)


Bagan 1.7
Pembelajaran Tradisional (Morris, 1963)


Bagan 1.8
Fungsi media: Guru dengan Media (Morris, 1963)



Bagan 1.9
Fungsi media: Pembelajaran Bermedia (Morris, 1963)

3) Alternatif Lembaga Kependidikan
Telah kita ketahui bahwa kegiatan pembelajaran hampir selalu terjadi dalam lembaga yang disebut sekolah. Teknologi pendidikan, disamping mempengaruhi tingkat pengambilan keputusan dan pola instruksional juga mempengaruhi struktur dan bentuk lembaga pendidikan.
Organisasi profesional, AECT (Association for Education Communications and Technology) tahun 1972 menyatakan paling sedikit ada lima macam alternatif yang tersedia untuk memberikan kemudahan dalam belajar. Masing-masing alternatif berbeda ditinjau dari segi formalitas, yaitu sifat wajib dari lembaga bersangkutan dari tingkat kewenangan para pengelolanya dan dari macam sumber belajar yang tersedia.
Sistem sekolah yang ada sekarang ini merupakan lembaga yang palin formal dengan tujuan untuk mengajar. Kehadiran bersifat wajib, demikian pula tujuan yang ditetapkan dalam masyarakat harus dicapai oleh para siswa. Kewenangan ada di tangan para pendidik professional dan pemerintah. Alternatif kedua cenderung lebih informal, seperti program belajar jarak jauh atau belajar dengan media. Salah satu contohnya adalah program Universitas Terbuka. Adanya berbagai macam sumber belajar serta sifat belajar yang mandiri menyebabkan program ini lebih bersifat informal dibandingkan dengan system sekolah. Keberhasilan sistem pembelajaran jarak jauh bergantung pada pengelolaannya, karena lokasi yang menyebar. Dengan lahirnya teknologi baru, dimungkinkan tersedianya cara baru untuk mendapatkan informasi.
Beranjak lebih jauh dari segi formalitas terdapat program yang pengelolaan informasi menjadi sangat potensial. Dasar teoritis pengelolaan informasi inovatif yang ditandai oleh adanya kelas terbuka, kegiatan pembelajaran bersal dari disiplin ilmu informasi. Pengelolaan informasi membuka banyak individual, dan yang disesuaikan dengan minat pribadi serta dengan kemungkinan untuk desain pembelajaran, khususnya dalam pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar yang terdapat di masyarakat maupun yang lain. implementasi kurikulum dan pembelajaran yang dirancang sendiri.Penekanannya adalah pada kegiatan belajar bukan pada mengajar.
Sekolah bebas merupakan bentuk yang lebih mengarah pada informalitas. Titik berat di sisni adalah tanggung jawab bersama dan tidak adanya kewajiban ikut serta. Tujuan belajar ditentukan sendiri oleh si belajar bila ada. Baik guru maupun siswa mempunyai kewenangan yang sama dalam mengambil keputusan yang bersangkutan dengan lembaga.
Kegiatan belajar yang paling informal terdapat dalam apa yang disebut dengan jaringan pendidikan. Jaringan ini bukan merupakan lembaga ataupun system pendidikan, melainkan merupakan sarana kemudahan untuk memperoleh sumber belajar dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu segala sesuatu yang dapat membantu orang belajar. Tujuan, keikutsertaan, serta kewenangan sepenuhnya ada di tangan pribadi si belajar.
Teknologi pendidkan mengandung penerapan praktis ditandai dengan adanya sumber belajar, pelaksanaan fungsi pengembangan dan pengelolaan. Aplikasi ini memiliki dampak penting terhadap proses pendidikan dan pengajaran. Yaitu mengubah teknik dalam melaksanakan, serta orang yang melakukan penerapan isi (termasuk standarisasi, pilihan, kuantitas dan kualitas), merancang, memproduksi, dan mengevaluasi pembelajaran serta berinteraksi dengan mengukur si belajar. Hasilnya adalah perubahan drastic dalam peranan sistem sekolah dan guru perorangan.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Landasan Falsafah dan Teori Teknologi Pendidikan
1) Pengertian Teknologi Tendidikan
Ada beberapa pendapat tentang pengertian teknologi pendidikian. Istilah yang digunakan dalam bahasa Inggris adalah instructional technology atau educational technology. Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian , keterampilan , ilmu. Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah , mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
2) Ciri-ciri dan Pendekatan Teknologi Pendidikan
Penggunaan atau pengembangan sumber-sumber belajar secara luas.
Penekanan pada belajar individual dan belajar personal
Penggunaan pendekatan system
3) Dalam garis besarnya, langkah-langkah yang diikuti dalam metode teknologi pendidikan adalah:
a) Merumuskan tujuan yang jelas yang harus dicapai yang dapat dipandang sebagai masalah.
b) Menyajikan pelajaran menurut cara yang dianggap serasi yang kita pandang sebagai “hipotesis” yang perlu dites.
c) Menilai hasil pelajaran untuk menguji hipotesis itu.
d) Mencari perbaikan andaikan hasilnya belum memenuhi syarat atau standar yang ditentukan.Dasar Pikiran Teknologi Pendidikan
b. Nilai Penting Penerapan Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran
1) Peningkatan Kompetensi Guru
Teknologi pendidikan mengajak guru untuk bersikap problematik terhadap proses belajar mengajar dan memandang tiap metode mengajar sebagai hipotesis yang harus diuji efektivitasnya. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar.
2) Penerapan Teknologi Pendidikan
Aplikasinya bersifat tutorial, latihan dan pengulangan, permainan dan simulasi dan sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
3) Pengaruh dalam Pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai dampak penting dalam tiga hal, yaitu mengubah tingkat pengambilan keputusan, menciptakan pola instruksional, dan memungkinkan adanya bentuk alternatif lembaga pendidikan.
2. Saran Kritik
Demikian paper sederhana ini saya buat yang tentunya jauh dari kesempurnaan sehingga saran dan kritik konstruktif sangat diperlukan. Semoga bermanfaat dan menambah hazanah keilmuan dalam bidang teknologi pendidikan.
Amien…

DAFTAR PUSTAKA

Aleks Maryumis, Sumbangan Pemikiran Peningkatan Kompetensi Lulusan Program Studi Teknologi Pendidikan, dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, penyunting Dewi Salma P dan Eveline Siregar, (Jakarta: Kencana, 2007)

Asnawir dkk, Media Pembelajaran, (Jakarta: Cipta Pers, 2002)

Cece Wijaya, dkk.,Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, edisi revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992),

Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004)

Eveline Siregar, Pelangi teknologi Pendidikan dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2004)

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-pembelajaran/, diakses tanggal 12 Maret 2009.

http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/konsep-teknologi-pendidikan.html/, diakses tanggal 12 Maret 2009.

http:\\\www.google.com\pentingnya teknologi pendidikan dalam pembelajaran\ada apa di teknologi pendidikan, diakses tanggal 12 Maret 2009.

Ivor K.Davis, Pengelolaan Belajar Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No. 8, (Jakarta: Rajawali, 1991)

Jerri W. Gilley dan Steven A. Eggland, Principle of Human Resource Development, (Addison Wesley: Publishing Company Inc., 1989)

Nasution, Teknologi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2005)

Yusufhadi Miarso, dkk, Definisi Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1986)

-------------- Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, cet. ke-3, (Jakarta: Kencana, 2007)

-------------- Teknologi Komunikasi Pendidikan, cet II, (Jakarta: Rajawali, 1986)





























DAFTAR ISIDAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar/Remidi anda :